KITA PUN DAPAT DIBUAT KENYANG OLEH YESUS KRISTUS, BAIK SECARA BADANIAH MAUPUN ROHANIAH

KITA PUN DAPAT DIBUAT KENYANG OLEH YESUS KRISTUS, BAIK SECARA BADANIAH MAUPUN ROHANIAH

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan I Adven – Rabu, 6 Desember 2023)

Pfak S. Nikolaus, Uskup

Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai Danau Galilea dan naik ke atas bukit lalu duduk di situ. Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang buta, orang timpang, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. Orang banyak itu pun takjub melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel.

Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata, “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan.” Kata murid-murid-Nya kepada-Nya, “Bagaimana di tempat terpencil ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?” Kata Yesus kepada mereka, “Kamu punya berapa roti?” “Tujuh,” jawab mereka, “dan ada lagi beberapa ikan kecil.” Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya kepada orang banyak. Mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang lebih, sebanyak tujuh bakul penuh. (Mat 15:29-37)

Bacaan Pertama: Yes 25:6-10a; Mazmur Tanggapan: 23:1-6

Allah kita adalah Allah yang jauh dari cukup! Seperti Yesus memberi makan dan membuat kenyang ribuan orang hanya berdasarkan beberapa roti dan ikan, maka Dia pun ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita yang paling mendalam setiap kali kita menerima Dia dalam Ekaristi.

Marilah kita merenungkan hal berikut ini: Pada setiap perayaan Ekaristi (Misa Kudus), Yesus mempersiapkan suatu pesta perjamuan bagi kita, pesta yang berlimpah dengan makanan lezat dan anggur bermutu (Yes 25:6). Perjamuan yang kita rayakan pada setiap Misa bukanlah sekadar peringatan/kenangan akan Perjamuan Terakhir, melainkan juga suatu perayaan kemenangan Yesus di atas kayu salib. Ketika kita makan tubuh dan minum darah-Nya, kita mendapat kesempatan untuk ikut ambil bagian dalam kematian dan kebangkitan-Nya.

Dalam setiap Misa, kita merayakan kemenangan Yesus atas dosa dan maut. Jikalau Yesus tidak mati di kayu salib, Ia tidak mengalahkan dosa. Jikalau Dia tidak bangkit, kematian akan tetap berkuasa atas diri kita. Namun Yesus telah telah mengalahkan maut untuk selamanya! Sekarang Yesus Kristus memerintah dalam kemuliaan, dan Ia ingin menghapus setiap tetes air mata kita, membersihkan nurani kita, dan membuang segala aib kita (Yes 25:8). Inilah caranya bagaimana Dia memuaskan kita. Melalui mukjizat Ekaristi, Yesus mengenyangkan diri kita jauh melampaui apa yang mampu diberikan oleh makanan dan minuman biasa.

Berpesta pada meja perjamuan Allah memiliki nilai kekal-abadi. Makanan yang ditawarkan Yesus mempersatukan kita dengan diri-Nya dan memampukan kita menerima warisan yang telah disediakan-Nya bagi kita. Mengetahui hal ini dapat memberikan kepada kita harapan yang besar. Tetesan air mata kita dihapuskan bukan karena kita tidak mempunyai masalah dalam dunia ini, melainkan karena Yesus adalah Saudara kita. Dia akan melakukan apa saja untuk menguatkan diri kita dan membuat kita menjadi semakin berbuah dari hari ke hari. Yesus adalah penjaga para saudari dan saudara-Nya, dan Ia sungguh menjaga kita manakala kita menerima Dia dalam Komuni Kudus. Rasa  takut kita akan menyusut karena Ekaristi. Rasa cemas dan khawatir kita dapat hilang karena Ekaristi. Kita akan mengalami penghiburan karena kasih Allah dan pengalaman kemenangan atas berbagai tantangan yang selama ini menindih kita. Baiklah kita senantiasa mengingat bahwa Misa Kudus atau Perayaan Ekaristi adalah suatu peringatan atau kenangan, dan pada saat sama juga merupakan suatu pengalaman akan kemenangan Yesus di atas kayu salib.

Saudari dan Saudaraku, sebagaimana ribuan orang lapar yang dipuaskan/dikenyangkan oleh Yesus melalui mukjizat penggandaan roti dan ikan, kita pun dapat dibuat kenyang oleh-Nya, baik secara badaniah maupun rohaniah.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku menginginkan Engkau, lebih dan lebih lagi. Berikanlah kepadaku tubuh dan darah-Mu yang akan mengenyangkan diriku, baik secara fisik maupun secara rohani. Aku percaya bahwa Engkau akan memenuhi setiap kebutuhanku. Terima kasih, ya Tuhan Yesus; terpujilah nama-Mu selalu. Amin.

Jakarta, 5 Desember 2023

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YESUS KRISTUS SEBAGAI PEMENUHAN NUBUAT NABI YESAYA

YESUS KRISTUS SEBAGAI PEMENUHAN NUBUAT NABI YESAYA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan I Adven – Selasa, 5 Desember 2023)

Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. Roh TUHAN (YHWH) akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan YHWH; ya, kesenangannya ialah takut akan YHWH. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang. Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di  negeri dengan kejujuran; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik. Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang.

Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular berludak. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan YHWH, seperti air laut yang menutupi dasarnya. Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia (Yes 11:1-10)

Mazmur Tanggapan: Mzm 72:2,7-8,12-13,17; Bacaan Injil: Luk 10:21-24

Kapankah kiranya kita (anda dan saya) terakhir kali menilai/menghakimi seseorang seturut penampilannya? Ingatlah ketika Pak Jokowi untuk pertama kalinya dicalonkan menjadi Presiden R.I. yang kala itu dijabat oleh Pak SBY yang gagah, santun dst.? Tentu kita semua telah melakukan hal ini dalam perjalanan hidup kita. Walaupun begitu, Yesaya telah menubuatkan bahwa seseorang akan datang dan dia akan mengevaluasi orang-orang seturut apa yang adil, tidak pernah sekadar menurut penampilan. Mazmur 72 berbicara mengenai pribadi yang sama. Dia akan mengejar keadilan. Pada zamannya, kebenaran akan tumbuh dengan subur. Ia akan memiliki keprihatinan yang sama atas orang miskin maupun kaya.

Hanya ada satu pribadi sepanjang sejarah manusia yang secara sempurna memenuhi gambaran ini: Yesus Kristus. Yesus mengasihi setiap orang sebagaimana apa adanya orang itu, bukan karena penampilannya yang baik atau wajah yang cantik dll. Yesus melihat ke dalam hati mereka, bukan busana yang mereka kenakan, dan Ia berelasi dengan mereka atas dasar kasih Allah. Kita pun harus melakukan seperti yang dicontohkan oleh Yesus.

Bagaimana kita menghindari penilaian-penilaian yang keliru atau favoritisme? Bagaimana kita dapat menghargai setiap orang seperti yang dilakukan Allah dan melayani orang-orang dengan kasih Allah? Memang benar bahwa kita harus mencari Allah melalui doa sehingga dengan demikian Ia akan menyatakan pikiran-Nya kepada kita. Namun kita juga harus bertindak atas dasar apa yang telah kita ketahui sebagai benar. Hanya apabila kita mengambil tindakan maka hati kita dapat ditransformasikan.

Proses perubahan dapat menjadi sulit. Namun apabila kita memusatkan perhatian kita pada kasih Allah berlimpah yang telah ditunjukkan-Nya kepada kita, maka kita pun disiapkan untuk membuka hati kita bagi orang-orang lain. Walaupun pikiran kita dengan cepat berbalik ingin menilai/menghakimi orang-orang lain dengan mempertimbangkan tingkat penghasilannya, latar belakang pendidikannya atau kelompok etnisnya, Roh Kudus akan menolong kita untuk secara bertahap mampu mengatasi kesempitan pandangan kita dan mengajar kita untuk berurusan secara fair dengan orang-orang lain.

Barangkali di tempat anda bekerja, Ali adalah seorang OB sementara seorang lain yang bernama Rudy adalah seorang eksekutif dengan gaji besar. Dalam situasi sedemikian, mudahlah untuk menganggap sepi Ali si OB dan memandang Rudy si eksekutif seperti “dewa matahari”. Akan tetapi, Yesus ingin agar kita semua memperlakukan setiap orang dengan respek dan penuh pertimbangan. Barangkali anak-anak kita sedang bertengkar karena sesuatu hal, dan begitu mudah bagi kita untuk berasumsi bahwa “anak yang satu” atau “si biang kerok” inilah yang selalu bertanggung-jawab atas timbulnya masalah. Namun Yesus menginginkan agar kita mendengarkan dengan hati-hati keterangan yang disampaikan oleh masing-masing anak kita, bukannya langsung mengambil kesimpulan terkait perilaku mereka.

Macam apa pun situasi yang kita hadapi, Yesus mengundang kita untuk menjadi seperti diri-Nya, dibimbing oleh keadilan Allah dan belas kasih-Nya serta respek terhadap setiap pribadi manusia.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, tolonglah aku untuk menjadi serupa dengan Engkau yang tidak menilai siapa pun berdasarkan prasangka, melainkan menunjukkan kasih Allah dan belas kasih-Nya kepada semua orang. Jadikanlah hatiku seperti hati-Mu. Terima kasih, ya Tuhan Yesus; terpujilah nama-Mu selalu. Amin.

Jakarta, 4 Desember 2023 [Pfak S. Yohanes dr Damsyik, Imam Pujangga Gereja]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

IMAN SANG PERWIRA ROMAWI MENYEMBUHKAN HAMBANYA

IMAN SANG PERWIRA ROMAWI MENYEMBUHKAN HAMBANYA

(Bacaan pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan I Adven  – Senin,  4 Desember 2023)

Pfak S. Yohanes dr Damsyik, Imam Pujangga Gereja

Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya, “Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita.” Yesus berkata kepadanya, “Aku akan datang menyembuhkannya.” Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya, “Tuhan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.” Mendengar hal itu, Yesus pun heran dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel. Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari timur dan barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Surga. (Mat 8:5-11)

Bacaan Pertama: Yes 2:1-5; Mazmur Tanggapan: Mzm 122:1-9

Kiranya para murid dan orang banyak yang mengikuti Yesus menjadi terkejut melihat “ulah” Yesus, baik sikap-Nya maupun apa yang dilakukan-Nya. Yesus tidak hanya bersedia berbicara dengan seorang perwira pasukan Romawi, melainkan juga Dia menyembuhkan hamba dari perwira itu dan menggunakan iman sang perwira sebagai sebuah contoh untuk memperingatkan orang-orang yang tidak percaya tentang “para pewaris Kerajaan” – umat terpilih dari Israel! Yesus datang untuk membawa dan memberitakan Injil kepada semua orang: Yahudi maupun non-Yahudi, “pantas” maupun “tak pantas”, para pendosa maupun orang-orang saleh.

Yesus adalah pemenuhan dari nubuatan Yesaya bahwa “gunung tempat rumah TUHAN (YHWH) akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung” dan “segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana” (lihat Yes 2:2). Setiap orang dapat menerima undangan  untuk pergi ke rumah YHWH dan bersukacita karenanya (lihat Mzm 122:1).

Syarat satu-satunya untuk menerima penyembuhan dan hidup dari Yesus adalah iman, iman yang rendah hati sebagaimana ditunjukkan oleh sang perwira Romawi. Ketika perwira itu datang menghadap Yesus dan menyapa-Nya sebagai “Tuan” dan mengakui otoritas-Nya untuk mengusir pergi penyakit dari seseorang, maka sebenarnya dia memberi contoh bagaimana menaruh kepercayaan kepada-Nya. Inilah sikap dan perilaku yang dirindukan oleh Yesus ada dalam semua pengikut-Nya.

Panggilan universal dari Injil yang diproklamasikan oleh Yesus masih berlanjut sampai hari ini. Sesungguhnya, dunia di dalam mana kita hidup dipenuhi dengan beraneka-ragam orang, sehingga hanya iman dalam/kepada Yesus yang dapat mengumpulkan kita bersama dalam pesta perjamuan surgawi. Setiap orang mampu mengenal kebutuhannya dan kemudian berseru kepada Yesus agar diselamatkan. Dan, kepada setiap orang ditawarkan anugerah bebas penebusan dan janji akan hidup kekal dalam hadirat Allah.

Selagi kita mengawali masa Adven ini, marilah kita merenungkan kasih Allah, yang memanggil semua bangsa kepada-Nya melalui Kristus. Kita dapat mendengar panggilan Yesus, dan kita dapat melihat bahwa panggilan yang sama juga ditujukan ke seluruh dunia. Oleh karena itu marilah kita berdoa untuk suatu pencurahan Roh Kudus secara  berlimpah semua orang dari semua bangsa akan mendengar dan menanggapi panggilan universal dari Injil dengan iman yang rendah hati dalam Kristus. Sementara kita mempersiapkan kelahiran Yesus, semoga kita melihat pemenuhan nubuat-nubuat bahwa semua bangsa akan berkumpul bersama Tuhan yang dimuliakan di atas gunung-Nya yang kudus.

DOA: Roh Kudus, penuhilah diri kami dengan iman yang rendah hati sebagaimana ditunjukkan oleh sang perwira Romawi. Biarlah kami digerakkan oleh kasih Allah yang memanggil setiap orang kepada diri-Nya, sehingga dengan demikian kami akan berbagi iman kami dengan orang-orang lain dan berdoa untuk pertobatan semua orang. Kami sungguh ingin melihat semua bangsa pada pesta perjamuan surgawi kelak. Amin.

Jakarta,  3 Desember 2021 [HARI MINGGU ADVEN I – TAHUN B]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MERAYAKAN KEDATANGAN TUHAN KITA YESUS KRISTUS

MERAYAKAN KEDATANGAN TUHAN KITA YESUS KRISTUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU ADVEN I [Tahun B], 3 Desember 2023)

Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu kapan saatnya tiba. Keadaannya  sama seperti seorang yang bepergian, yang meninggalkan rumahnya dan menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hambanya, masing-masing dengan tugasnya, dan memerintahkan penjaga pintu supaya berjaga-jaga. Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu kapan tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta, supaya kalau ia tiba-tiba datang jangan kamu didapatinya sedang tidur. Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah! (Mrk 13:33-37)

Bacaan Pertama: Yes 63:16b-17; 64:1,3b-8; Mazmur Tanggapan: Mzm 80:2ac-3b,15-16,18-19; Bacaan Kedua: 1Kor 1:3-9

Masa Adven adalah masa bagi kita untuk merayakan kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus. Pertama adalah kedatangan-Nya dalam sejarah yang sudah lampau, yaitu pada waktu Dia dilahirkan sebagai seorang anak manusia, yaitu kedatangan-Nya pada Hari Raya Natal; kedua adalah kedatangan/kehadian-Nya pada waktu sekarang di tengah orang-orang yang menderita, miskin dan tersisihkan (lihat Mat 25:31-46); ketiga adalah kedatangan-Nya di masa yang akan datang, yaitu ketika Dia datang kembali ke dunia pada akhir zaman (parousia).

Bacaan Pertama dari Kitab Yesaya berbicara mengenai penantian Perjanjian Lama akan “hari-hari yang akan datang” ketika sang Mesias akan datang membawa hikmat-kebijaksanaan, terang dan damai sejahtera. Yesus memenuhi ekspektasi ini ketika Dia datang sebagai seorang manusia, suatu peristiwa yang merupakan hal masa lampau bagi kita.

Bacaan Injil hari ini membuat suatu lompatan besar ke masa depan ketika Yesus berbicara mengenai kedatangan-Nya pada akhir zaman. Selagi kita menantikan kedatangan-Nya ini, Yesus mendesak kita untuk bersiap-siap, karena kedatangan-Nya akan terjadi pada waktu yang kita tidak sangka-sangka.

Dalam artian tertentu, kedatangan kembali Yesus Kristus di masa mendatang dan bersifat final ini adalah sebuah proses, sesuatu yang akan dimulai bagi kita secara pribadi pada waktu kita meninggal dunia dan waktu berakhir bagi kita. Untuk sementara waktu, kita masih hidup dalam semacam “masa transisi”, yaitu masa antara kedatangan Yesus Kristus dalam sejarah masa lampau sebagai anak manusia (ambil bagian dalam kemanusiaan kita) dan satu titik di masa depan pada saat di mana Dia datang untuk memimpin kita ke dalam kemuliaan surgawi.

“Masa transisi” yang dimaksudkan di atas haruslah kita jaga agar tidak “kosong dan tanpa makna”, dengan demikian kita sungguh merayakan suatu Masa Adven yang memuncak dalam Hari Raya Natal setiap tahunnya untuk mengenang mengapa kita menanti-nanti dan siapakah yang kita nanti-nantikan itu.

“Menantikan” memainkan suatu peranan besar dalam kehidupan kita, dengan demikian pentinglah bagi kita untuk belajar bagaimana melakukan penantian. Anak-anak kecil serasa tidak sabar dalam menanti-nantikan saatnya mereka bertumbuh menjadi besar agar mereka dapat tidur lebih malam. Anak-anak remaja serasa tidak sabar dalam menanti-nantikan saatnya di mana mereka dapat mengendara mobil sendiri. Demikian pula orang-orang dewasa yang sudah bertunangan dalam menanti-nantikan saatnya mereka menikah. Masing-masing kita mempunyai sesuatu yang dinanti-nantikan: berakhirnya satu hari kerja yang penuh kesibukan, mulainya akhir pekan; suatu penyakit untuk berakhir atau mulainya waktu untuk bergembira bersama keluarga; berakhirnya belanja Natal atau mulainya melakukan dekorasi Natal di rumah.

Sebagai manusia kita selalu melakukan penantian karena hidup kita tidak pernah lengkap dalam dirinya sendiri. Selalu ada saja hal baru yang akan datang. Salah satu tujuan Masa Adven adalah mengajar kita bagaimana melakukan penantian – dengan penuh kesabaran, ekspektasi dan optimisme. Dan …… sementara kita menanti-nanti, kita tidak perlu membuang-buang waktu. Kita dapat berdoa, atau membuat perencanaan-perencanaan, atau sekadar rileks dan melakukan refleksi.

Satu tujuan lain dari Masa Adven adalah mengajar kita bagaimana mengenali kedatangan Tuhan kita – dalam tugas-tugas yang kita laksanakan, atau dalam hal-hal yang terjadi atas diri kita, atau dalam diri orang-orang yang kita temui.

Kedatangan Tuhan yang tidak terduga-duga tidak hanya terjadi pada saat kematian atau pada akhir dunia.  Tuhan kita datang secara tanpa disangka-sangka bahkan ketika kita sedang menunggu giliran diperiksa oleh dokter, atau ketika berdiri di depan kasir sebuah toko swalayan, di sebuah stasiun kereta atau di sebuah terminal bandara.

Dalam Masa Adven ini kita harus mendisiplinkan diri sendiri agar dapat melihat Yesus Kristus dalam diri setiap orang dan setiap situasi. Dengan demikian penantian kita bukanlah suatu “penantian penuh frustrasi”, melainkan suatu “penantian yang penuh kesiapan dan antisipasi”.

DOA: Datanglah, ya Yesus! Kejutkanlah diriku dengan berbagai anugerah-Mu dalam masa Adven ini. Buatlah aku mampu mengenali dan mengalami kehadiran-Mu dalam diri saudari-saudara yang kulayani, dalam Kitab Suci sebagaimana dialami oleh Bapak Fransiskus dari Assisi, dalam kegiatan-kegiatanku mempersiapkan hari Natal, dalam Sakramen Rekonsiliasi, dan teristimewa dalam Perayaan Ekaristi. Biarlah aku men-sharing-kan anugerah-anugerah ini dengan saudari-saudaraku yang lain – termasuk mereka yang beriman lain, sehingga mereka semua pun dapat mengenal Engkau, Tuhan dan Juruselamat semua orang. Amin.

Jakarta, 2 Desember 2023 [OSCCap: B. Maria Angela Astorch, Biarawati]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SUPAYA BERJAGA-JAGA

SUPAYA BERJAGA-JAGA

(Bacaan Injil Misa, Hari Biasa Pekan Biasa XXXIV – Sabtu, 2 Desember 2023)

OSCCap: Pfak B. Maria Angela Astorch, Biarawati

Hari Sabtu Imam  

“Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan dibebani oleh pesta pora dan kemabukan serta kekhawatiran hidup sehari-hari dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab hari itu akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.” (Luk 21:34-36)

Bacaan Pertama: Dan 7:15-27; Mazmur Tanggapan: Dan 3:82-87

Kemungkinan  bahwa kita akan berdiri di hadapan Kristus pada pengadilan terakhir janganlah sampai menakutkan kita. Yesus minta kepada kita untuk berjaga-jaga, agar kita melakukan pemeriksaan atas kehidupan kita secara teratur dan selalu siap untuk berjumpa dengan-Nya, muka ketemu muka …  face to face. Praktek pemeriksaan batin dapat menolong kita memperkuat kehidupan spiritual kita. Yesus rindu untuk mencurahkan kita dengan berkat-berkat-Nya, namun Ia menunggu undangan kita untuk masuk ke dalam hati kita (lihat Why 3:20), suatu keputusan dari kehendak bebas kita.  Yesus tidak pernah akan merasa letih-lesu dalam menunggu undangan dari kita.

Orang-orang Kristiani tahu betapa mudahnya untuk terjebak ke dalam rasa puas diri dengan tuntutan-tuntutan rutinitas sehari-hari atas diri kita. Tugas dan tanggung jawab harian kelihatannya lebih kita utamakan daripada cintakasih kepada Yesus. Kita lupa untuk berjaga-jaga, dengan demikian kita menjadi rentan secara spiritual. Niat-niat baik kita untuk membuat diri kita siaga selalu melalui doa-doa, perayaan liturgi dan studi Alkitab menjadi ‘rusak’ oleh kesibukan-kesibukan kita sendiri. Kitab Suci berbicara dengan tajam-tegas kepada kita: “Yang jatuh dalam semak duri ialah orang-orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekhawatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang” (Luk 8:14). Kalau diperiksa, harap saja buah kita kedapatan sudah matang. Kitab Suci dengan tegas menyatakan bahwa pada suatu hari kita akan berjumpa dengan Kristus. Namun pertanyaannya adalah: “Akankah kita siap untuk berdiri di hadapan Anak Manusia?”

Hari ini adalah penutupan tahun liturgi Gereja. Oleh karena itu, hari ini merupakan kesempatan bagi kita untuk melakukan suatu ‘rekoleksi atau retret pribadi’ secara kecil-kecilan, misalnya pergi mengunjungi gereja kita dan berdoa di situ secara khusus, atau ‘mengurung’ diri kita secara khusus di rumah untuk melakukan semacam pemeriksaan batin. Dalam suasana doa kita dapat melakukan review atas ‘kinerja rohani’ kita di tahun lalu. Dari review itu kita dapat menilai apakah kita bertumbuh semakin dekat kepada Tuhan Yesus? Berjalan di tempat? Ataukah semakin jauh dari-Nya? Tujuan dari ‘retret kecil’ itu bukanlah untuk membesarkan hati atau menciutkan hati kita, bukan pula untuk membuat kita dihantui dengan rasa bersalah atas keadaan hidup kita, melainkan untuk membuat evaluasi atas masa lalu kita agar dapat merencanakan masa depan kita dengan lebih baik. Dalam kegiatan seperti ini kita mencoba untuk menilai posisi kita di hadapan Allah. Besok kita akan mulai dengan suatu tahun liturgi baru, suatu saat untuk memulai suatu awal yang segar.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, kami menyerahkan segalanya yang menjauhkan kami dari hubungan akrab dengan-Mu. Ajarlah kami untuk selalu siap berjaga-jaga. Kami mempersembahkan hati kami untuk menjadi tempat kediaman-Mu. Tolonglah kami agar dalam kehidupan ini, kami mau dan mampu menyiapkan diri untuk saat pertemuan kami dengan-Mu kelak, secara muka ketemu muka. Terima kasih, ya Tuhan Yesus; terpujilah nama-Mu selalu.Amin.

Jakarta, 1 Desember 2023 [Pw B. Dionisius dan Redemptus, Martir Indonesia]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KALAU KAMU TETAP BERTAHAN

KALAU KAMU TETAP BERTAHAN

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXIV – Rabu, 29 November 2023)

Keluarga Besar Fransiskan: Pesta Semua Orang Kudus Fransiskan

“Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. Kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh kehidupan.” (Luk 21:12-19)

Bacaan Pertama: Dan 5:1-6,13-14,16-17,23-28 ; Mazmur Tanggapan: Dan 3:62-67

Masih ingatkah anda bagaimana populernya berbagai nubuat tentang akhir dunia selagi kita mendekati tahun 2000?  Pada waktu itu tidak sedikit orang yang mengalami excitement terkait prediksi-prediksi mengenai berbagai bencana alam dan malapetaka yang akan mendahului akhir zaman.

Orang-orang Yerusalem yang mendengar prediksi-prediksi Yesus tentang akhir zaman, yaitu tentang penghancuran/kehancuran Yerusalem, dan penganiayaan yang akan menimpa para murid-Nya barangkali lebih-lebih bereaksi dengan penuh ketakutan daripada excitement. Memang sepantasnya begitu! Sejarah mencatat bahwa pada tahun 70, suatu revolusi yang gagal melawan pemerintahan Romawi telah mengakibatkan kematian ribuan orang-orang tak bersalah, bencana kelaparan dalam skala besar, dan penghancuran Bait Suci.  Hanya setelah gambaran tentang segala penderitaan ini, Yesus mengingatkan para pengikut-Nya bahwa sesungguhnya sebelum peristiwa-peristiwa ini mereka akan menderita penganiayaan.

Jadi, di manakah “kabar baik”-nya yang ada dalam semua cerita ini? “Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu” (Luk 21:19). Satu-satunya yang dapat dilakukan oleh kita-manusia – bertahan/bertekun – akan mendatangkan berkat yang jauh melampaui segala kemampuan manusiawi kita: keselamatan penuh dan hidup kekal dalam kehadiran Allah Yang Mahakuasa.

Seperti orang-orang Yahudi pada abad pertama, kepada kita umat Kristiani pada millenium ketiga tidak dijanjikan hidup nyaman. Sebaliknya, Yesus menawarkan kepada kita sesuatu yang jauh lebih besar. Ia berjanji untuk membawa orang-orang yang tetap setia kepada-Nya pulang ke rumah dengan aman, ke sebuah kerajaan yang tidak dapat dihancurkan. Yang diminta dari kita adalah suatu hidup ketekunan. “Katekismus Gereja Katolik” (KGK) menjelaskan sebagai berikut:

“Semua orang dipanggil kepada kekudusan: ‘Karena itu haruslah kamu sempurna, seperti Bapa-Mu yang di surga adalah sempurna’ (Mat 5:48). Untuk memperoleh kesempurnaan itu hendaklah kaum beriman mengerahkan tenaga yang mereka terima menurut ukuran yang dikaruniakan oleh Kristus, supaya … mereka melaksanakan kehendak Bapa dalam segalanya, mereka dengan segenap jiwa membaktikan diri kepada kemuliaan Allah dan pengabdian terhadap sesama. Begitulah kesucian umat Allah akan bertumbuh dan menghasilkan buah berlimpah” (KGK, 2013).

Dengan panggilan yang sedemikian agung di depan kita, marilah kita tetap menaruh kepercayaan kita pada Dia yang mengasihi kita sedemikian rupa sehingga rela mati bagi kita. Marilah kita mendengarkan dengan penuh perhatian nasihat dari Roh Kudus dan melatih mata kita agar dapat melihat hadiah untuk kita, yaitu Yerusalem surgawi.

DOA: Yesus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamatku. Aku ingin berpegang teguh pada janji-Mu akan kehidupan kekal. Dengan pertolongan Roh Kudus-Mu, aku berjanji untuk mengikuti ke mana saja Engkau memimpinku. Terpujilah nama-Mu selalu. Amin.

Jakarta, 28 November 2023 [OFM/OFMConv: Pw S. Yakobus dr Marka, Imam]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

GURU, KAPAN ITU AKAN TERJADI?

GURU, KAPAN ITU AKAN TERJADI?

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXIV – Selasa, 28 November 2023)

OFM/OFMConv: Pw S. Yakobus dari Marka, Imam

OSU: Pesta Uni Roma Ordo Santa Ursula

Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah, betapa bangunan itu dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus, “Apa yang kamu lihat di situ – akan datang harinya ketika tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”

Lalu mereka bertanya kepada Yesus, “Guru, kapan itu akan terjadi? Apa tandanya, kalau itu akan terjadi?” Jawab-Nya, “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: ‘Akulah Dia,’ dan: ‘Saatnya sudah dekat.’ Janganlah kamu mengikuti mereka. Apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu takut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.”

Ia berkata kepada mereka, “Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang menakutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit. (Luk 21:5-11)

Bacaan Pertama: Dan 2:31-45; Mazmur Tanggapan: Dan 3:57-61

“Guru, kapan itu akan terjadi? Apa tandanya, kalau itu akan terjadi?” (Luk 21:7)

Pada zaman Yesus Bait Suci di Yerusalem merupakan bangunan yang indah dan sangat mengesankan bagi siapa saja yang memandangnya. Herodes Agung baru saja membangunnya kembali, dari tahun 19 sampai tahun 9 SM. Bangunan Bait Suci ini dua kali lebih luas daripada bangunan sebelumnya dan lebih indah pula karena dipenuhi banyak hiasan.

Jadi, tidak mengherankanlah, apabila ada banyak orang yang datang ke Bait Suci pada waktu Yesus berkhotbah di tempat itu. Mereka mengagumi struktur dan berbicara mengenai keindahan serta betapa besar dan kokoh  bangunan itu. Sebagai suatu umat, mereka sangat bangga akan Bait Suci mereka.

Jadi, tentunya mereka sangat terkejut pada saat mendengar Yesus “meramalkan” kehancuran Bait Suci yang baru itu, suatu kehancuran yang begitu besar sehingga “tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan” (Luk 21:6). Langsung saja mereka ingin memperoleh informasi terinci. Mereka bertanya kepada Yesus: “Guru, kapan itu akan terjadi? Apa tandanya, kalau itu akan terjadi?” (Luk 21:7).

Sesungguhnya kita dapat membandingkan diri kita seperti orang-orang pada zaman Yesus itu. Mereka sangat bangga dengan Bait Suci di Yerusalem dan kemuliaan yang dipancarkannya. Demikian pula halnya dengan kita: kita begitu bangga akan capaian-capaian kita, bangunan-bangunan yang ada dalam kota kita, teknologi kita dlsb.

Dalam hal ini kita seakan dapat mendengar bisikan Yesus: “Hati-hatilah, jangan sampai kamu terkecoh! Semua hal ini akan berlalu. Ya, memang aku ingin agar kamu memperbaiki kondisi bumi, menggunakan segala sumberdaya yang telah Kuberikan kepadamu. Akan tetapi, kamu harus menggunakan segala hal itu untuk kebaikan, untuk orang-orang miskinku, membawa kehidupan lebih baik bagi “wong cilik” yang sangat Kukasihi.”

Apakah yang telah kita lakukan dengan segala sumber daya alam kita, kekayaan alam kita? Apakah yang dinikmati oleh saudari-saudara kita di Papua, Kalimantan dan beberapa tempat lain, padahal selama ini kekayaan alam mereka telah diguras habis-habisan demi kepentingan sejumlah kecil orang serakah, malah untuk keuntungan negeri-negeri besar dan berkuasa? Di negara-negara maju, apakah berbagai sumber daya alam mereka diolah untuk menjadi produk-produk yang dapat membantu kesejahteraan rakyat mereka dan penduduk dunia lainnya? Ataukah hanya sebagai sarana untuk menghasilkan berbagai produk untuk penghancuran sesama manusia? Umat manusia – teristimewa dari negara-negara maju – sampai hari ini belum mampu untuk menemukan jalan/cara damai untuk menolong negara-negara atau bangsa-bangsa yang masih terkebelakang … para penduduk dunia yang masih kekurangan gizi dlsb.

Sebagai pribadi-pribadi, kiranya apakah yang dapat kita lakukan? Apakah upaya kita sebagai individu-individu dapat membuat efek terhadap masalah kelaparan, penindasan yang berskala dunia? Tentu saja kita dapat! Mungkin kita tidak akan melihat hasilnya secara khasat mata, namun jika kita menggunakan harta-kekayaan kita dengan bijaksana, hidup secara sederhana dan memberikan berbagai “surplus” kita untuk berbagai karya karitatif, maka kita akan membantu masalah kemiskinan dan penderitaan di dalam dunia. Janganlah kita sampai terkecoh oleh nilai-nilai berkaitan dengan kepemilikan harta-kekayaan yang berasal dari dunia, dari si Jahat!.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, ajarlah dan ingatkanlah aku senantiasa bahwa dunia ini dan segala kemuliaannya akan berlalu. Tanamkanlah dalam diriku rasa haus dan lapar akan kemuliaan yang akan datang bersama kedatangan-Mu kelak pada akhir zaman. Terima kasih, ya Tuhan Yesus. Terpujilah nama-Mu selalu. Amin.

Jakarta, 27 November 2023 [OFMConv: Pesta S. Fransiskus-Antonius Pasani, Imam]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PERSEMBAHAN YANG BENAR DI MATA ALLAH

PERSEMBAHAN YANG BENAR DI MATA ALLAH

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXX1V – Senin, 27 November 2023)

OFMConv: Pesta S. Fransiskus-Antonius Pasani. Imam

Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua uang tembaga, ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan seluruh nafkah yang dimilikinya.” (Luk 21:1-4)

Bacaan Pertama: Dan 1:1-6,8-20; Mazmur Tanggapan: Dan 3:52-56

Untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh Yesus di sini, pentinglah bagi kita untuk menyadari betapa kecil nilai dua uang tembaga itu. Uang tembaga itu dikenal dalam bahasa Yunani dengan nama lepta; denominasi terkecil dari uang logam Yunani yang beredar pada waktu itu. Satu dinar (denarius) senilai dengan 128 lepta, upah sehari untuk seorang pekerja. Jadi apa yang dimasukkan sang janda miskin ke dalam peti persembahan itu bernilai 1/64 upah rata-rata sehari seorang pekerja. Hal ini menunjukkan betapa miskin janda itu. Mengapa sampai begitu miskin? Kita tidak tahu jawabnya. Yang diketahui adalah,  bahwa pada zaman Israel kuno, apabila seorang suami meninggal dunia, warisannya diberikan kepada anak laki-laki tertua dan janda orang yang mati itu dibuat tergantung pada anaknya itu. Seandainya anaknya itu tidak baik atau jatuh miskin, maka susahlah hidup sang janda. Dalam bacaan hari ini, walaupun janda itu begitu miskin, hatinya  senantiasa memadahkan kebaikan dan kasih-setia Allah. Sungguh sebuah kehidupan yang patut diteladani oleh kita semua. Contoh dari seseorang yang sungguh mengenal Allah-nya, Dia telah mengalami kasih-setia Allah dan yakin benar bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkannya. Janda miskin ini mempraktekkan ketergantungannya kepada Allah secara radikal. Hal ini sangat bertentangan dengan sikap orang kaya yang hanya memberi dari kelebihan harta kekayaan mereka.

Kalau dia begitu miskin, mengapa Yesus mengatakan bahwa sang janda miskin telah memberikan lebih banyak (secara nominal) daripada semua orang yang lain (beberapa di antaranya orang kaya)? Seperti biasanya, Yesus prihatin bahwa tindakan eksternal seseorang mencerminkan sikap hati orang itu terhadap Allah. Hati sang janda miskin begitu dipenuhi oleh kasih akan Allah sehingga mau mempersembahkan kepada-Nya seluruh nafkah yang dimilikinya. Bagi sang janda miskin, Allah jauh lebih berharga daripada dua keping uang tembaga terakhir yang dimilikinya, semua yang ada antara dirinya dan kelaparan. Perlu juga kita ketahui bahwa Yesus bukan tidak menghargai persembahan orang kaya. Namun, Yesus mengetahui isi hati mereka, dan Ia juga tahu bahwa mereka memberikan persembahan dari kelimpahan kekayaan mereka, sedangkan sang janda miskin memberikan persembahannya dari kekurangannya karena dia sangat mengasihi Allah.

Makna sesungguhnya dari setiap persembahan kita mengalir dari hati kita. Apakah kita mempersembahkan waktu, energi, uang, karena kita mengasihi Allah atau karena dengan memberi kita merasa baik atau kelihatan baik di depan orang-orang lain? Apakah kita memberi persembahan kita kepada Allah hanya dari kelebihan harta kekayaan kita? Ataukah kita seperti sang janda miskin, yang percaya bahwa sungguh pantas dan layak bagi Allah untuk menerima segalanya yang kita miliki?

Allah menciptakan kita bagi diri-Nya sendiri. Karena kasih Bapa kepada dunia, Yesus datang ke dalam dunia untuk menyelamatkannya dengan mati di kayu salib agar kita dapat diampuni dan memperoleh hidup kekal. Roh Kudus telah datang untuk memberikan kepada kita kehidupan baru dan untuk mengajar kita, memimpin kita, dan membimbing kita kepada Bapa surgawi.

Sekarang, marilah kita melihat betapa besar kasih Allah seperti dicerminkan dalam karya Allah Tritunggal dalam kehidupan kita. Setiap hal yang kita butuhkan telah disediakan oleh-Nya. Kalau kita percaya akan Allah, kita tidak perlu ragu-ragu untuk menaruh kepercayaan pada-Nya dan melayani-Nya tanpa reserve.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, ampunilah aku atas segala jalan yang kutempuh untuk membatasi kasihku dan pelayananku kepada-Mu, dan memberi hanya dari kelimpahanku. Tolonglah aku menjadi seperti sang janda miskin dan memberi persembahanku karena aku mengasihi-Mu. Tidak ada yang kumiliki atau kuhasrati, selain Engkau, ya Tuhan Yesus. Terpujilah nama-Mu selalu. Amin.

Jakarta, 26 November 2023 [HR TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PENGHAKIMAN TERAKHIR OLEH SANG RAJA

PENGHAKIMAN TERAKHIR OLEH SANG RAJA

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI RAYA TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM [TAHUN A] – Minggu, 26 November 2023)

Hari Orang Muda Sedunia

“Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari yang lain, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Lalu Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu menjenguk aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Lalu orang-orang benar itu akan menjawab Dia, Tuhan, kapan kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Kapan kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Kapan kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Raja itu akan menjawab mereka: Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah disediakan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak menjenguk Aku. Lalu mereka pun akan menjawab Dia, Tuhan, kapan kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? Ia akan menjawab mereka: Sesungguhnya Aku berkata, segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Orang-orang ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.” (Mat 25:31-46)

Bacaan Pertama: Yeh 34:11-12,15-17; Mazmur Tanggapan: Mzm 23:1-3,5-6; Bacaan Kedua: 1Kor 15:20-26,28

“Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan” (Mat 25:34).

Sungguh indahlah kenyataan, bahwa berkat-berkat karena ketaatan kita kepada perintah-perintah Allah mencakup juga suatu undangan untuk bergabung dengan-Nya dalam Kerajaan Surga. Allah memberikan kepada kita perintah-perintah-Nya bukanlah untuk membatasi kita, melainkan justru untuk membebaskan kita dan membuka hati kita bagi Roh Kudus-Nya. “Titah TUHAN (YHWH) itu tepat, menyukakan hati; perintah YHWH itu murni, membuat mata bercahaya”(Mzm 19:9). Setiap orang kudus dan pahlawan, baik perempuan maupun laki-laki, dalam sejarah Gereja memberi kesaksian tentang kebenaran yang indah ini. Dan apa yang benar bagi mereka, juga benar bagi kita yang hidup di abad ke-21 ini.

Selagi Yesus mempersiapkan para murid-Nya untuk kedatangan-Nya kembali dalam kemuliaan sebagai sang Raja Alam Semesta, Yesus membuat jelas bahwa cara kita memperlakukan orang-orang lain merupakan sebuah indikasi yang sangat kuat dari kasih kita kepada Allah dan keterbukaan kita bagi Roh Kudus-Nya. Pada waktu YHWH Allah memberikan kepada Israel perintah, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Im 19:18), malah sebenarnya Dia memerintahkan mereka untuk saling mengasihi dalam cara yang konkret, dan berwujud. Allah minta kepada kita untuk menolong orang-orang yang kita jumpai setiap hari – anak-anak kita sendiri, pasangan hidup kita, seorang sanak keluarga atau teman yang sedang menderita sakit, seorang miskin yang mengetuk pintu rumah kita dlsb. Kita boleh yakin, bahwa selagi kita mentaati perintah-perintah-Nya, Allah akan memenuhi diri kita dengan rahmat untuk mengasihi dan memperhatikan orang-orang di sekeliling kita, bahkan mereka yang tidak menarik di mata kita.

Janji kehidupan dalam Roh adalah apabila kita mentaati perintah-perintah Allah – teristimewa seruan-Nya agar kita mengasihi sesama – , maka Dia membawa kita ke suatu wilayah baru, yaitu kebebasan sejati dan kedekatan dengan-Nya. Dia memanggil kita untuk mengasihi karena Dia ingin kita menikmati kehidupan yang lebih mendalam bersama-Nya dengan menjadi lebih serupa dengan diri-Nya. Yesus begitu mengasihi kita sehingga Dia rela memberikan hidup-Nya untuk menebus dosa-dosa kita. Karena Dia taat kepada Bapa-Nya dalam segala hal, maka Yesus mewarisi Kerajaan Surga. Dengan mengikuti Dia dalam kerendahan hati (kedinaan) dan ketaatan, kita sendiri pun dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga sebagai pewaris bersama-sama dengan Yesus.

Marilah kita berupaya untuk taat kepada Allah sehingga Dia dapat membawa kita ke dalam suatu kehidupan dalam Roh-Nya yang lebih mendalam. Setiap hari, Allah memberikan kepada kita banyak sekali kesempatan untuk menolong orang-orang yang mempunyai berbagai kebutuhan. Selagi kita mengambil kesempatan itu, kita menunjukkan kepada Allah bahwa kita mengasihi Dia dan ingin menjadi bagian dari Kerajaan Surgawi-Nya.

DOA: Bapa surgawi, berdayakanlah kami agar mau dan mampu taat pada perintah-perintah-Mu, teristimewa perintah-Mu untuk mengasihi sesama kami. Bukalah mata hati kami agar dapat melihat kebutuhan-kebutuhan dari orang-orang di sekeliling kami. Melalui kuasa kasih-Mu yang dicurahkan ke dalam hati kami oleh Roh Kudus, gerakkanlah kami agar mau dan mampu berjumpa dengan Putera-Mu, Yesus Kristus sang Raja, dalam diri sesama kami. Amin.

Jakarta, 25 November 2023 [Pfak S. Katarina dr Aleksandria, Perawan Martir]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SEMUA ORANG TERPIKAT KEPADA-NYA DAN INGIN MENDENGARKAN DIA

SEMUA ORANG TERPIKAT KEPADA-NYA DAN INGIN MENDENGARKAN DIA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pw S. Andreas Dung Lac, Imam dkk Martir – Jumat, 24 November 2023)

Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka, “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”

Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa itu berusaha untuk membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab semua orang terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia. (Luk 19:45-48)

Bacaan Pertama: 1 Mak 4:36-37,52-59; Mazmur Tanggapan: 1 Taw 29:10-12bcd

Para musuh Yesus terus “memburu” Dia seperti burung-burung nazar yang mengelilingi mangsa mereka, namun mereka tidak dapat menemukan suatu kesempatan untuk menyerang karena begitu banyak orang yang mengikut Yesus. Orang-orang mendengarkan pengajaran Yesus dengan penuh perhatian, dan mereka “terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia” (Luk 19:48).

Orang-orang tidak mendengarkan kata-kata Yesus oleh karena Dia seorang orator hebat atau cerdas secara politis. Daya pikat Yesus adalah justru karena Dia berbicara tentang sabda Allah serta menggunakannya dengan penuh kuasa, sabda yang “hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun” (Ibr 4:12).

Yesus seringkali mengandalkan sabda Allah dalam Kitab Suci Ibrani (=Perjanjian Lama) untuk melawan para musuh-Nya. Pikirkanlah betapa Dia sering mengatakan: “Ada tertulis”. Misalnya ketika Yesus digoda oleh Iblis di padang gurun (Luk 4:4,80; lihat juga 19:46; Mat 4:4,8,10; Mrk 7:6; Yoh 8:17). Bukankah kita semua juga mempunyai “musuh-musuh” yang terus mengincar hati dan pikiran kita, mencoba untuk mengalahkan, bahkan menghapuskan Yesus dari hidup kita? Tidakkah kita semua mempunyai “lemari” dalam batin kita yang dipenuhi dengan keragu-raguan, penolakan-penolakan, dan godaan-godaan kuat lainnya, sehingga kita lebih menyukai untuk tetap terkunci dalam lemari tersebut daripada berurusan dengan Yesus dan panggilan-Nya?

Terpujilah Allah, karena kita memiliki senjata di tangan kita guna mengalahkan musuh-musuh kita. Kitab Suci mengalahkan segala kebohongan Iblis dan roh-roh jahat pengikutnya. Itulah sebabnya mengapa membaca dan merenungkan sabda Allah dalam Kitab Suci secara harian dapat merupakan sesuatu yang sangat berguna dan penuh kekuatan. Jika kita berkomitmen memasukkan beberapa ayat dalam memori kita dan mengingat itu semua pada saat-saat kita mengalami kecemasan, kekhawatiran, kemarahan, atau keragu-raguan, maka hal itu dapat menolong kita dalam berurusan dengan musuh-musuh kita tersebut. Doa-doa yang terdapat dalam Mazmur atau kata-kata penghiburan dalam Injil juga dapat membantu dalam membangun hidup kita atas dasar fondasi-fondasi pengharapan dan rasa percaya sehingga kita tidak akan menjadi begitu rentan terhadap emosi-emosi negatif yang justru disenangi oleh musuh-musuh kita.

Kita memang tidak dapat menyerap seluruh isi Kitab Suci sekaligus, namun sungguh menolong apabila kita mempunyai Kitab Suci yang menggunakan bahasa yang cocok dengan diri kita. Kita dapat memulainya dengan bacaan-bacaan dalam Misa harian atau salah satu kitab Injil. Garis-bawahilah atau tulislah kembali ayat-ayat yang menyentuh hati kita dalam sebuah buku catatan yang khusus diperuntukkan untuk itu. Kita dapat menempatkan petikan-petikan dari Kitab Suci pada suatu tempat khusus di rumah kita guna mengingatkan kita akan kehadiran Allah yang penuh kuat-kuasa. Dengan berjalannya waktu, “musuh-musuh” kita pun akan mengkerut juga.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku merasa takjub terhadap kuat-kuasa sabda-Mu! Oleh kuasa Roh Kudus-Mu, tanamkanlah dalam diriku rasa lapar dan haus yang lebih mendalam lagi akan sabda Allah dalam Kitab Suci, agar dengan demikian aku dapat bertumbuh dalam hikmat ilahi dan berguna dalam keikutsertaanku memajukan Kerajaan Surga. Amin.

Jakarta, 23 November 2023 [Pfak S. Klemens I, Paus Martir; Pfak S. Kolumbanus, Abas]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS