Tag Archives: YESAYA KEDUA

NYANYIAN HAMBA YHWH YANG PERTAMA

NYANYIAN HAMBA YHWH YANG PERTAMA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, HARI SENIN DALAM PEKAN SUCI – 24 Maret 2024)

Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.

Beginilah firman Allah, TUHAN (YHWH), yang menciptakan langit dan membentangkannya, yang menghamparkan bumi dengan segala yang tumbuh di atasnya, yang memberikan nafas kepada umat manusia yang mendudukinya dan nyawa kepada mereka yang hidup di atasnya: “Aku ini, YHWH, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara. (Yes 42:1-7)

Mazmur Tanggapan: Mzm 27:1-3,13-14; Bacaan Injil: Yoh 12:1-11

Barangkali lebih daripada bacaan-bacaan Perjanjian Lama lainnya, bacaan-bacaan tentang nyanyian-nyanyian “Hamba TUHAN (YHWH) yang menderita” memberikan kepada kita gambaran sekilas tentang kepribadian Yesus yang jarang terjadi itu. Pada waktu bacaan-bacaan tersebut untuk pertama kali ditulis, “hamba” diidentifikasikan dengan Israel, yang tertindas dan dalam pembuangan, namun mengantisipasi suatu kepulangan yang penuh dengan kemenangan. Akan tetapi, Gereja membacanya juga sebagai nubuat-nubuat tentang Yesus, hamba Allah yang sempurna.

Dalam “nyanyian Hamba YHWH” yang pertama ini, kita melihat Mesias berkomitmen untuk menegakkan keadilan Allah dalam dunia (Yes 42:3-4). Ini bukanlah tugas yang kecil dan mudah untuk dilakukan, namun Yesus menanggapi panggilan-Nya tidak dengan kemurkaan atau balas dendam yang bersifat destruktif, melainkan dengan kesabaran, kesetiaan, dan kelemah-lembutan.

Ketika menghadapi dosa manusia, Yesus tidak pernah menjadi pudar dan tidak akan dibuat patah terkulai (Yes 42:4) oleh para lawannya – bahkan oleh ketidakpercayaan para murid-Nya. Yesus hanya terus saja mengampuni dan menyembuhkan. Yesus tidak pernah mengintervensi kehendak bebas yang telah dianugerahkan kepada setiap pribadi manusia. Yesus tidak pernah memaksa atau memanipulasi siapa pun. Sebaliknya, Yesus menggunakan masa hidup-Nya untuk mewartakan Kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan, menyembuhkan orang-orang sakit, mengusir roh-roh jahat yang merasuki orang-orang, mengajar, dan mengampuni dosa-dosa manusia, sampai saat Ia sendiri mengorbankan diri-Nya di atas kayu salib.

Yesus senantiasa memegang kendali. Yesus yang tidak pernah gentar dalam melaksanakan misi-Nya ketika berhadapan dengan ketidakpercayaan, kemarahan, bahkan penyangkalan oleh para sahabat-Nya yang terdekat. Yesus inilah yang terus menawarkan kepada kita kasih dan pengampunan-Nya. Rahasia-rahasia kita yang paling gelap pun tidak dapat mengejutkan Yesus, bahkan dosa-dosa kita yang paling “heboh” tidak akan membuat-Nya mundur. Yesus tidak akan menuduh-nuduh atau mengutuk. Seperti dinubuatkan oleh Yesaya, Dia akan mengampuni mereka yang berdosa: “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba” (Yes 1:18).

Sebagaimana telah dilakukan-Nya sekitar 2.000 tahun lalu, hari ini pun Yesus masih menawarkan pengampunan dan kebebasan. Dalam hal ini janganlah kita melupakan apa yang dikatakan oleh penulis “Surat kepada orang Ibrani”: “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibr 13:8).

Saudari-Saudara yang terkasih, dalam Pekan Suci ini, marilah kita berketetapan hati untuk menyelesaikan atau katakanlah “membereskan” rekening-rekening utang kita dengan Allah Bapa. Seandainya kita (anda dan saya) sudah cukup lama tidak masuk ke dalam ruang pengakuan, marilah kita gunakan saat-saat rahmat ini guna memperoleh belas kasih Allah. Oleh karena itu marilah kita datang kepada-Nya dan menegakkan keadilan dalam hati kita masing-masing.

Seperti sang ayah dalam “perumpamaan anak yang hilang”, saya yakin bahwa Dia akan berlari guna menyambut anda dan saya. Setelah itu dengan sayup-sayup kita akan mendengar suara Yesus Kristus: “… akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan”  (Luk 15:7).

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku menyesali dosa-dosaku. Dengan penuh kepercayaan atas kasih-Mu, aku mohon pengampunan dan belas kasih-Mu. Datanglah, ya Tuhanku, dan tegakkanlah keadilan dan damai-Mu dalam diriku. Amin.

Jakarta, 24 Maret 2024 [HARI MINGGU PALMA MENGENANGKAN SENGSARA TUHAN TAHUN B]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

HAMBA YHWH PERJANJIAN BARU ADALAH YESUS SENDIRI

(Bacaan Pertama Misa Kudus, HARI SENIN DALAM PEKAN SUCI 15 April 2019) 

Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.

Beginilah firman Allah, TUHAN (YHWH), yang menciptakan langit dan membentangkannya, yang menghamparkan bumi dengan segala yang tumbuh di atasnya, yang memberikan nafas kepada umat manusia yang mendudukinya dan nyawa kepada mereka yang hidup di atasnya: “Aku ini, YHWH, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara. (Yes 42:1-7) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 27:1-3,13-14; Bacaan Injil: Yoh 12:1-11 

Menjelang akhir dari masa pembuangan Babel, antara tahun 550 dan 538 SM, artinya sekitar 2.500 tahun lalu, YHWH Allah berbicara kepada seorang nabi yang identitasnya begitu terselubung dalam misteri, sehingga para pakar hanya dapat memberikan nama kepadanya “Yesaya Kedua” atau dalam bahasa kerennya “Deutero Yesaya”, karena keserupaan tulisannya dengan nabi Yesaya yang  besar itu, yang hidup sekitar 200 tahun sebelumnya. Kiranya “Yesaya Kedua” ini adalah seorang beriman yang dengan tekun telah mempelajari tulisan nabi Yesaya. Dia mewartakan serangkaian pesan yang sekarang dikenal sebagai “kitab penghiburan” dalam Kitab Yesaya (Yes 40-55). Nabi yang tak dikenal ini hidup bersama orang-orang Yahudi sebangsanya di pembuangan Babel sekitar tahun 550 SM.  Kota suci Yerusalem pada masa itu telah dirusak dan diporak-porandakan, dan Bait Suci tempat berdiam YHWH telah dibakar habis-habisan. Segalanya yang dipandang sebagai berkat dari YHWH Allah – tanah mereka, raja mereka, Bait Suci mereka, semuanya sudah hilang. Sekarang mereka berada dalam pembuangan yang menyedihkan. Banyak dari mereka bertanya: “Apakah Allah telah meninggalkan mereka sepenuhnya dan untuk selama-lamanya?

Dalam suasana keragu-raguan akan kasih Allah yang hampir mendekati titik keputus-asaan ini, maka YHWH Allah – lewat mulut nabi-Nya – mengucapkan sabda penghiburan dan janji-Nya. Sepanjang nubuatan-nubuatannya, sang nabi mengatakan kepada umat Yahudi betapa mendalamnya Allah ingin memulihkan relasi-Nya dengan umat-Nya. Sang nabi memahami bahwa sejarah – baik di masa lampau maupun masa mendatang – bergantung pada penghiburan dan pengharapan yang akan datang, ketika Allah bertindak mengampuni umat-Nya dan memulihkan mereka untuk berbalik kepada-Nya.

Dalam Yes 40-50 terdapat 4 (empat) sajak yang biasa dinamakan “Nyanyian Hamba YHWH” (Yes 42:1-7;  49:1-6; 50:4-9; 52:13-53:12). Nyanyian-nyanyian ini melukiskan sebuah gambar tentang seseorang yang hidupnya diabdikan sepenuhnya kepada YHWH Allah, dan yang penderitaannya untuk YHWH mendatangkan pengampunan dan restorasi atas umat-Nya. Identitas hamba Allah ini tidak diketahui, namun Gereja secara tradisional melihat dalam nyanyian-nyanyian ini suatu gambaran kenabian dari Yesus sendiri yang diinspirasikan Roh Kudus. Yesus adalah seorang hamba Allah yang sempurna, yang sengsara dan wafat-Nya di kayu salib membawa kita kembali ke dalam pelukan Bapa surgawi.

Dalam Pekan Suci ini, Allah mengundang kita  semua untuk memusatkan pandangan kita pada Yesus, agar kita dapat mengalami kasih-Nya yang luarbiasa besar bagi kita. Sebagaimana sang hamba YHWH dalam Kitab Yesaya, Yesus memperhatikan kita dengan hati yang penuh bela rasa dan  belas kasih: “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya” (Yes 42:3). Konsepsi manusia tentang keadilan memang berbeda dengan konsepsi Allah. Keadilan Allah tidak datang kepada umat manusia melalui hukum atau kekuatan militer, namun sebagai seorang Manusia yang menderita karena ketidakadilan hukuman yang sebenarnya pantas ditimpakan kepada kita semua. Yesus adalah utusan Allah yang dipercayai-Nya untuk menghentikan segala penindasan dan untuk menegakkan keadilan (lihat Yes 42:4). Yesus datang ke tengah-tengah dunia membawakan keselamatan, bukan hukuman (lihat Yoh 3:17). Ia datang untuk membawa kesembuhan dan pengharapan kepada siapa saja yang datang kepada-Nya. Selama Pekan Suci ini, marilah kita mohon kepada Tuhan Yesus, untuk menunjukkan kepada kita hati-Nya yang penuh kasih dan membuat hati kita seperti hati-Nya sendiri agar kita dapat mengasihi orang-orang lain seperti Dia mengasihi kita.

DOA: Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami, bukalah hati kami bagi kasih-Mu yang lemah lembut. Oleh Roh Kudus-Mu, tunjukkanlah kepada kami bela rasa dan belas kasih-Mu dengan mana Engkau selalu memandang dan memelihara kami. Ajarlah kami untuk mengasihi seperti Engkau mengasihi. Amin.

Jakarta, 14 April 2019 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS