AKULAH ROTI KEHIDUPAN YANG TELAH TURUN DARI SURGA

AKULAH ROTI KEHIDUPAN YANG TELAH TURUN DARI SURGA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Paskah – Kamis, 18 April 2024)

Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: ‘Mereka semua akan diajar oleh Allah.’ Setiap orang, yang telah mendengar dan belajar dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, dialah yang telah melihat Bapa. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Siapa saja yang percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.

Akulah roti kehidupan. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari surga: Siapa saja yang memakannya, ia tidak akan mati. Akulah roti kehidupan yang telah turun dari surga. Jikalau seseorang makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang akan Kuberikan itu ialah daging-Ku yang akan Kuberikan untuk hidup dunia. (Yoh 6:44-51)

Bacaan Pertama: Kis 8:26-40; Mazmur Tanggapan: Mzm 66:8-9.16-17,20

Apakah yang menarik orang datang kepada Yesus? Mukjizat-mukjizat-Nyakah? Pengusiran roh-roh jahat yang dramatiskah? Membangkitkan orang matikah? Barangkali tidak! Orang-orang Yahudi sudah terbiasa dengan konsep mukjizat dan tanda heran lainnya. Pada zaman Musa ada manna yang turun dari surga di tengah-tengah padang gurun. Elia telah menghentikan hujan untuk tidak turun selama tiga tahun dan mendatangkan api dari surga.

Orang-orang berduyun-duyun mendatangi Yesus karena Dia menawarkan kepada mereka sesuatu yang lebih daripada sekadar tanda-tanda ajaib dari surga. Yesus menawarkan kepada mereka “Roti Kehidupan” – makanan spiritual dan relasi pemberian-hidup yang vital dengan Allah. Yesus menunjukkan kepada orang-orang itu bahwa mereka tidak perlu pergi mencari di atas gunung yang sunyi terpencil atau sebuah kuil untuk menemukan kehadiran Allah. Allah selalu ada beserta mereka, bekerja dalam situasi sehari-hari kehidupan mereka. Yang mereka butuhkan adalah mengenali suara-Nya dalam ucapan kata-kata pengampunan, kata-kata pemberian dukungan, kata-kata penghiburan, kata-kata peneguhan dari orang-orang yang penuh perhatian. Juga merasakan sentuhan-Nya dalam sentuhan  tangan-tangan orang yang memperhatikan dengan penuh kasih, dan mengalami kebaikan-Nya dalam karya pelayanan kasih orang-orang yang berprihatin terhadap situasi mereka.

Santo Martinus dari Tours [316-397] memberi separuh dari jubahnya kepada seorang pengemis yang sedang menggigil kedinginan. Dalam suatu penglihatan, dia disadarkan bahwa pengemis itu adalah Yesus sendiri, yang menjadi miskin demi kita manusia berdosa. Pada waktu Santo Fransiskus dari Assisi [1181-1226] merangkul dan mencium seorang kusta, ternyata dia disadarkan bahwa dia sebenarnya melihat Yesus yang tersalib demi keselamatan kita. Ketika Santa Bunda Teresa dari Kalkuta [1910-1997] membawa seorang tunawisma yang hampir mati di pinggir jalan ke dalam rumah penampungan yang diasuhnya, sebenarnya dia berjumpa dengan Yesus, yang tidak memiliki rumah dan kenyamanan demi meringankan serta menghilangkan penderitaan kita-manusia karena keterpisahan dari Allah.

Apakah kiranya yang menggerakkan hati seorang ibu untuk merawat bayinya sepanjang malam hari dan/atau menghibur seorang anaknya yang sedang sakit? Apakah yang mendesak seorang pekerja tambang yang sudah keletihan untuk menolong sepanjang malam seorang rekan kerjanya yang terjebak karena tanah longsor? Apakah yang membuat orang melawan bahaya yang mengancam dirinya sendiri untuk menyelamatkan seseorang yang terjebak dalam sebuah rumah yang sedang terbakar hebat, atau orang yang hampir tenggelam? Mengapa terdapat begitu banyak sukarelawati-sukarelawan yang bekerja berjam-jam seharinya untuk menolong anak-anak yang mengalami cacat fisik ataupun mental; juga dalam bidang pendidikan, perawatan orang sakit, perumahan yang layak dlsb. Jawaban untuk semua pertanyaan di atas: kasih Allah!

Allah senantiasa ada di  belakang setiap tindakan kebaikan, bahkan ketika tidak seorang pun mengenali kehadiran-Nya. Oleh karena itu dunia ini tidaklah tanpa pengharapan. Kehadiran-Nya yang tidak terlihat diungkapkan dalam setiap senyum penuh persahabatan, setiap pekerjaan baik yang dilakukan, setiap pengampunan atas hutang, setiap relasi-pribadi terluka yang disembuhkan. Allah menggunakan “bejana-bejana tanah liat”, bahkan juga “orang yang tidak percaya”, untuk menunjukkan kemuliaan dan kebaikan-Nya kepada sebuah dunia yang membutuhkan kasih dan belas kasih-Nya.

DOA: Bapa surgawi, Allah yang Maharahim, kebaikan-Mu memenuhi seluruh bumi. Terima kasih, ya Bapa. Semoga kebaikan hati-Mu mencairkan hati kami dengan puji-pujian dan ketakjuban yang tulus-murni kepada Dikau. Dimuliakanlah nama-Mu, sepanjang segala masa. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.  Amin.

Jakarta, 17 April 2024 [SFD: Peringatan Hari Mandiri SFD Indonesia]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS YANGYANG

Leave a comment