PETRUS MENYEMBUHKAN SEORANG YANG LUMPUH SEJAK LAHIR

PETRUS MENYEMBUHKAN SEORANG YANG LUMPUH SEJAK LAHIR

(Bacaan Pertama Misa Kudus, HARI RABU DALAM OKTAF PASKAH – 3 April 2024)

Pada suatu hari menjelang waktu sembahyang, yaitu jam tiga sore, naiklah Petrus dan Yohanes ke Bait Allah. Di situ ada seorang laki-laki, yang lumpuh sejak lahirnya sehingga ia harus diusung. Tiap-tiap hari orang itu diletakkan dekat pintu gerbang Bait Allah, yang bernama Gerbang Indah, untuk meminta sedekah kepada orang yang masuk ke dalam Bait Allah. Ketika orang itu melihat bahwa Petrus dan Yohanes hendak masuk ke Bait Allah, ia meminta sedekah. Mereka menatap dia dan Petrus berkata, “Pandanglah kami.” Lalu orang itu menatap mereka dengan harapan akan mendapat sesuatu dari mereka. Tetapi Petrus berkata, “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, bangkit dan berjalanlah!” Lalu ia memegang tangan kanan orang itu dan membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan pergelangan kaki orang itu. Ia melompat berdiri lalu berjalan ke sana ke mari dan mengikuti mereka ke dalam Bait Allah, sambil berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah. Semua orang melihat dia berjalan sambil memuji Allah, lalu mereka mengenal dia sebagai orang yang biasanya duduk meminta sedekah di Gerbang Indah Bait Allah, sehingga mereka takjub dan tercengang tentang apa yang telah terjadi padanya. (Kis 3:1-10)

Mazmur Antar-bacaan: Mzm 105:1-4,6-9; Bacaan Injil: Luk 24:13-35

Dari abad ke abad, sudah menjadi kebiasaan bagi para pengemis untuk duduk di tempat-tempat umum guna meminta-minta sedekah kepada orang-orang yang lewat. Tempat-tempat ibadat merupakan tempat-tempat yang paling populer karena orang-orang yang lewat cenderung lebih merupakan para pendoa dan lebih berkecenderungan untuk memberi sedekah dengan murah hati. Inilah gambaran pada awal bacaan di atas, yaitu ketika Petrus dan Yohanes naik ke Bait Allah.

Ketika memasuki “Gerbang Indah”, dua orang rasul ini bertemu dengan seorang pengemis yang lumpuh sejak lahirnya. Kebanyakan orang yang melewati gerbang itu paling-paling memandang dengan rasa kasihan dan kemudian memberikan sedekah berupa beberapa keping uang logam (drakhma), namun dua orang rasul Yesus memandang dengan cara yang sungguh lain. Mereka melihat melampaui kondisi eksternal orang lumpuh itu berupa cacat tubuh dan kemiskinannya, dan mempersepsikan keindahan yang berbeda. Dengan mata Yesus, mereka melihat seorang anak Allah yang diciptakan dan sangat dikasihi oleh Bapa di surga. Visi ini menggerakkan mereka untuk melakukan sesuatu yang akan memperkenankan keindahan yang memancar dari orang itu menjadi lebih termanifestasikan: Petrus menyembuhkan orang lumpuh itu dan membawanya ke dalam iman yang lebih mendalam.

Cerita dari “Kisah Para Rasul” ini menunjukkan kepada kita betapa Allah ingin membuka mata kita, seperti yang dilakukan-Nya atas diri Petrus dan Yohanes. Dua orang murid Yesus ini tidak dibuat sedemikian terpesona dengan gerbang yang mereka lewati sehingga mereka luput melihat keindahan yang memancar dari si orang lumpuh yang sedang duduk di dekat gerbang itu. Dengan memusatkan pandangan mata mereka pada Yesus, maka mereka dimampukan untuk melihat apa yang tersembunyi dari mata yang memusatkan pandangan hanya pada dunia ini. Dan apa yang mereka lihat menggerakkan mereka kepada bela rasa dan kemudian mengambil tindakan – suatu tindakan yang secara radikal mengubah hidup orang lumpuh itu dan membawa dia kepada iman akan Kristus.

Allah ingin memberikan kepada kita semua kemampuan untuk melihat keindahan yang memancar keluar dari orang-orang di sekeliling kita: kaya dan miskin, sahabat dan musuh, kawan dan lawan. Ia ingin mengajar kita untuk menghormati dan merangkul keindahan ini sehingga dengan demikian kita dapat menjadi instrumen-instrumen kasih-Nya yang menyembuhkan dan memiliki daya transformasi.

DOA: Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu, karena Engkau telah menyatakan jalan-jalan-Mu kepada kami. Oleh kuasa Roh Kudus-Mu, berikanlah kami mata rohani seperti yang dimiliki oleh Yesus, agar kami mau dan mampu melihat melampaui hal-hal yang bersifat eksternal bilamana kami memandang orang-orang di sekeliling kami. Jadikanlah kami instrumen-instrumen-Mu guna menyembuhkan dan melakukan restorasi dalam dunia ini. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.  Amin.

Jakarta, 2 April 2024  [HARI SELASA DALAM OKTAF PASKAH]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Leave a comment