(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXI – Sabtu, 1 September 2018)
HARI SABTU IMAM
“Sebab hal Kerajaan Surga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lubang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. Lalu kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam hal kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam hal yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Sesudah itu, datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. Lalu kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam hal yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam hal yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa Tuan adalah orang yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan memungut dari tempat di mana Tuan tidak menanam. Karena itu, aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! Tuannya itu menjawab, Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu, seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya pada waktu aku kembali, aku menerimanya serta dengan bunganya. Sebab itu, ambillah talenta itu dari dia dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari dia. Sedangkan hamba yang yang tidak berguna itu, campakkanlah dia ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi.” (Mat 25:14-30)
Bacaan Pertama: 1Kor 1:26-31; Mazmur Tanggapan: Mzm 33:12-13,18-21
Romo Damien de Veuster, SS.CC. [1840-1889], misionaris asal Belgia, tinggal 16 tahun lamanya di pulau Molokai, Hawaii. Dengan beberapa suster dan pembantu lainnya, Romo Damien merawat orang-orang yang dikirim ke pulau itu untuk mati di sana karena mereka menderita sakit kusta. Bagi orang-orang yang telah kehilangan harapan hidup itu, Damien menunjukkan seperangkat keterampilan yang dimilikinya dan digunakan untuk pekerjaan baiknya.
Sebagai seorang imam, Damien rajin dalam mengadministrasikan sakramen-sakramen untuk menguatkan dan menghibur jiwa-jiwa terluka yang ada di depannya. Namun melampaui perannya yang biasa sebagai seorang imam, Damien datang dengan cara-cara yang ditopang banyak akal dan bakat-bakat luarbiasa guna mengangkat semangat para penderita kusta yang dirawatnya. Romo Damien berupaya untuk meringankan rasa sakit tubuh-tubuh para penderita dengan mencuci dan membalut luka-luka mereka. Dia bahkan terlibat dalam pembuatan peti jenazah dan penggalian lubang kubur.
Romo Damien juga mendirikan sebuah gereja dan mencatnya dengan warna-warna yang terang. Ia mengubah kaleng-kaleng bekas menjadi instrumen-instrumen musik, memasang pipa-pipa untuk pasokan air dan mengorganisir festival-festival dan pawai-pawai. Romo Damien menggulung lengan-lengan bajunya dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk setiap tugas pekerjaan yang dihadapinya – baik yang kecil-kecil maupun yang penting-penting – yang dapat mencerahkan hidup para penderita kusta di Molokai. Sebagai akibatnya, seluruh pulau itu mengalami transformasi. Damien sendiri tertular penyakit kusta juga dan kemudian meninggal dunia. Damien dibeatifikasikan sebagai seorang beato oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 4 Juni 1995, dan kemudian dikanonisasikan sebagai seorang Santo pada tanggal 11 Oktober 2009 oleh Paus Benediktus XVI.
Bagaimana dengan kita (anda dan saya)? Allah senang sekali melihat kita menggunakan segala talenta yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita. Sebagai suatu kombinasi yang unik dari berbagai talenta dan kemampuan, kita masing-masing adalah pencerminan kasih Allah dan kreativitas-Nya. Apakah kita menggunakan pengetahuan penuh sumber daya seperti Damien, mengajar para mahasiswa di sekolah tinggi atau mengganti popok bayi kita, semua ini adalah satu lagi dimensi kebaikan Allah yang dapat dimanisfestasikan. Membangun Kerajaan Allah tidaklah terbatas sebagai tugas para uskup dan imam. Para perawat, para spesialis IT di kantor kita, para CEO, para pekerja bangunan harian, para montir, para petani, para atlit dll. (tentunya tidak para tukang gosip) – semua mempunyai peranan penting dalam mengubah kegelapan menjadi terang.
Oleh karena itu marilah kita melipat-gandakan berbagai karunia dan talenta yang telah dianugerahkan Allah kepada kita masing-masing, bukan karena takut akan penghakiman Allah jika kita tidak melakukannya, melainkan karena excitement akan apa yang dapat dicapai – baik untuk diri kita sendiri maupun bagi Allah. Marilah kita memikirkan segala cara yang tersedia bagi kita untuk bergabung dengan Yesus dalam dunia ini. Keberadaan Yesus tidak terbatas pada gereja-gereja, studi-studi Kitab Suci, dan pertemuan-pertemuan doa. Yesus ada di mana-mana, dan Ia ingin agar kita berada bersama-Nya juga.
DOA: Tuhan Yesus, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau telah melengkapi diriku dengan berbagai karunia dan talenta. Aku akan menggunakan segala karunia dan talenta yang Kauanugerahkan tersebut untuk mensyeringkan kasih-Mu dengan orang-orang di sekelilingku. Satu hari kelak, semoga aku akan mendengar Engkau bersabda, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” Amin.
Jakarta, 31 Agustus 2018
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS