(Bacaan Injil Misa Kudus pada HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS – Kamis, 1 November 2018
Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang punya Kerajaan Surga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah-lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kehendak Allah, karena akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang berbelaskasihan, karena mereka akan beroleh belas-kasihan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya karena melakukan kehendak Allah, karena merekalah yang punya Kerajaan Surga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga. (Mat 5:1-12a)
Bacaan Pertama: Why 7:2-34, 9-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 24:1-6; Bacaan Kedua: 1Yoh 3:1-3
Puji Tuhan! Bersukacitalah kita semua dalam Yesus Kristus! Dalam hikmatnya, Gereja telah menetapkan berbagai hari raya, pesta dan peringatan yang memperkenankan kita datang berkumpul bersama-sama sebagai keluarga dan merayakan siapa kita ini sebagai umat Allah. HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS yang kita rayakan pada tanggal 1 November setiap tahun ini adalah salah satu hari di kala mana kita mengenang mereka yang telah mendahului kita dalam iman.
Para kudus yang kita rayakan pada hari ini tidaklah terbatas pada mereka yang secara resmi telah dikanonisasikan oleh Gereja sebagai para martir dan orang-orang yang sangat suci lainnya. Pada hari ini kita merayakan “orang-orang kudus” yang digambarkan dalam Perjanjian Baru sebagai mereka yang percaya kepada Yesus Kristus dan mengikuti jejak-Nya. Misalnya Santo Paulus menyebut orang-orang Kristiani di Korintus sebagai “mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus” (1Kor 1:2). Demikian pula, dia (Paulus) menamakan umat Kristiani di Efesus sebagai “orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus” (Ef 1:1). Dengan perkataan lain, kita (anda dan saya) merayakan panggilan agung bagi kita semua! Kita semua sesungguhnya diundang oleh-Nya untuk menjadi salah seorang dari 144.000 orang yang disebut dalam Kitab Wahyu (Why 7:4). Tetapi jangan salah, angka 144.000 ini adalah lambang kepenuhan dari semua orang yang dikumpulkan ke dalam kerajaan Allah, jadi bukan angka untuk membatasi.
Dalam sejarahnya yang sudah 2.000 tahun lamanya, Gereja telah menunjukkan bukti-bukti ada begitu banyak umat-Nya yang hidup dalam kasih sejati: sebagai pelayan sesama, sebagai pendoa syafaat dsb. Orang-orang yang tak terbilang banyaknya itu bisa saja seorang Santo Fransiskus dari Assisi, seorang Santa Klara dari Assisi, seorang Santo Antonius dari Padua, seorang Ignatius dari Loyola, seorang Petrus Kanisius, seorang Santa Teresa dari Lisieux, seorang Santa Teresa dari Kalkuta dst., namun bisa juga seorang perempuan tua warga lingkungan kita yang selalu mendoakan orang-orang lain selama berjam-jam setiap harinya. Bisa juga dia adalah seorang “katekis” (tanpa ijazah akademis yang resmi) yang bekerja tanpa bayaran dan tentunya tanpa pamrih serta penuh pengabdian mendidik para katekumen di parokinya. Bisa juga dia adalah seorang biarawati dari sebuah kongregasi religius yang relatif kecil, yang memberikan diri sepenuhnya bagi orang-orang kusta. Terlalu banyak contohnya untuk disebutkan satu persatu.
Pada “Khotbah di Bukit”, Yesus mengajarkan berbagai cara/jalan untuk menuju kekudusan, yaitu menaruh kepercayaan penuh kepada Allah, memiliki kelemah-lembutan, memiliki rasa lapar dan haus akan kehendak Allah, berbelaskasihan, memiliki hati yang suci, dan membawa damai. Kita dapat mengalami kehidupan surgawi di atas bumi ini, sementara kita mengikuti jejak Yesus Kristus dari hari ke hari. Mengikuti jejak Kristus seringkali terasa berat dan tidak mudah karena hal itu berarti mengesampingkan hasrat-hasrat pribadi kita sendiri. Namun demikian, manakala Yesus memanggil kita agar mati terhadap kepentingan diri sendiri, Dia juga memberikan kepada kita kuasa-Nya dan memimpin kita kepada kemenangan-Nya. Percayalah bahwa kita masing-masing juga dapat menjadi orang-orang kudus, karena dia memanggil kita kepada kesucian (baca: Lumen Gentium, Bab V: 39-42).
DOA: Tuhan Yesus. Pada waktu kami dibaptis, Engkau memenuhi diri kami dengan Roh Kudus. Oleh Roh Kudus-Mu ini, ya Tuhan, tolonglah kami agar mau dan mampu mengabdikan hidup kami bagi suatu kehidupan yang menghayati sepenuhnya “Ucapan Bahagia” (Sabda Bahagia) yang kami baca dan renungkan pada hari ini. Kami memuji Engkau, ya Tuhan Yesus. Dengan penuh syukur kami memuliakan nama-Mu senantiasa, karena Engkau telah memanggil kami untuk ikut ambil bagian dalam kehidupan-Mu selama-lamanya. Amin.
Jakarta, 31 Oktober 2018
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS