(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa X – Jumat, 10 Juni 2022)
“Kamu telah mendengar yang difirmankan: Jangan berzina. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzina dengan dia di dalam hatinya. Jika matamu yang kanan menyebabkan engkau berdosa, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, daripada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. Jika tanganmu yang kanan menyebabkan engkau berdosa, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa daripada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.
Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan istrinya harus memberi surat cerai kepadanya. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan istrinya kecuali karena zina, ia menjadikan istrinya berzina; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berzina.” (Mat 5:27-32)
Bacaan Pertama: 1Raj 19:9a,11-16; Mazmur Tanggapan: Mzm 27:7-9,13-14
Di banyak bagian dari kitab-kitab Injil kita dapat melihat bagaimana Yesus menyerang dengan keras segala macam kemunafikan, persoalan bersih di luar tetapi korup di dalam. Dengan pikiran-Nya yang mampu melakukan discernment dengan tajam, dan pemahaman-Nya yang mendalam tentang psikologi manusia, Yesus selalu mampu melihat inti permasalahan. Ia langsung menuju ke pusat dan penyebab kesusahan-kesusahan kita.
Dalam bacaan Injil hari ini Yesus bersabda, “Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzina dengan dia di dalam hatinya” (Mat 5:28). Jadi, di mana hati kita, itulah yang harus diperhitungkan!
Pada awalnya kelihatan bahwa orang-orang Farisi itu tidak tahu bagaimana menanggapi pernyataan Yesus di atas. Namun Yesus tidak dapat ditipu, Dia memahami benar sikap orang-orang munafik itu. Orang-orang Farisi tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan pikiran mereka secara terbuka, dengan demikian mencoba menutupi rasa iri-cemburu dan kebencian mereka. Dalam peristiwa orang lumpuh yang disembuhkan (Mrk 2:1-12), Yesus berkata kepada orang lumpuh itu, “Hai anak-Ku, dosa-dosamu sudah diampuni!” Beberapa ahli Taurat (biasanya sebagian terdiri orang-orang Farisi juga) berpikir dalam hati, mengapa Yesus berkata begitu karena berarti Dia menghujat Allah. Prinsip yang mereka anut adalah, bahwa tidak ada seorang pun dapat mengampuni dosa manusia selain Allah sendiri. Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya bahwa mereka berpikir demikian, lalu Dia berkata kepada mereka, “Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu?” (Mrk 2: 5-8).
Pada suatu peristiwa orang-orang Farisi menyuruh murid-murid mereka untuk bersama-sama para pendukung Herodes berkata kepada Yesus, “Guru, kami tahu, Engkau seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” (Mat 22:16-17). Sungguh sebuah pertanyaan jebakan yang bersumber pada hati yang jahat dan dapat menjerumuskan Yesus. Namun Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu, lalu berkata, “Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?” (Mat 22:18).
Peristiwa lainnya adalah berkaitan dengan orang-orang Farisi yang mengkritisi bahwa para murid-Nya melanggar adat istiadat nenek moyang mereka, dalam hal ini membasuh tangan sebelum makan. Di sini Yesus berkata kepada mereka dengan mengutip kata-kata nubuatan nabi Yesaya yang a.l. berbunyi: “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya padahal hatinya jauh dari Aku” (Mat 15:8; bdk. Yes 29:13). Kemudian Yesus berkata kepada orang banyak: “Dengar dan perhatikanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itu yang menajiskan orang” (Mat 15:11). Yesus melanjutkan: “Mereka (orang Farisi) orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lubang” (Mat 15:14; bacalah penjelasan Yesus dalam Mat 15:20-21).
Dalam “Khotbah di Bukit”, Yesus mengatakan: “Kumpulkan bagimu harta di surga; di surga ngengat dan karat tidak merusaknya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya,.Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada” (Mat 6:20-21). Jadi, dalam inti terdalam jati diri kita, kebaikan dan kebenaran kita sebagai manusia harus berdiam. Yesus ingin meyakinkan kita bahwa diri-Nya tidak dapat tertipu oleh berbagai sikap dan perilaku yang penuh dengan kemunafikan. Yesus melihat ke dalam hati kita dan Ia tahu motif-motif yang mendorong tindakan-tindakan kita. Kita tidak dapat menipu atau membodohi Dia dengan menciptakan alasan-alasan. Yesus berkata, “Jika matamu yang kanan menyebabkan engkau berdosa, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, daripada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka” (Mat 5:29). Dengan kata-kata keras ini, Yesus ingin mengatakan bahwa kita bertanggung-jawab atas apa yang ada dalam pikiran dan hati kita. Kita harus mencabut korupsi sampai kepada akar-akarnya yang terdalam, dan mengarahkan kehendak kita kepada hasrat murni akan Allah.
DOA: Tuhan Yesus Kristus, berikanlah kepadaku terang agar dapat mengetahui hatiku yang terdalam, sehingga aku dapat mengarahkannya kepada-Mu. Terpujilah nama-Mu, sekarang dan selama-lamanya. Amin.
Jakarta, 9 Juni 2022 [Peringatan Fakultatif S. Efrem, Diakon Pujangga Gereja]
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS