BERBAHAGIALAH KITA YANG DIUNDANG KE PERJAMUAN-NYA

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS – Minggu, 3 Juni 2018) 

Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi, pada waktu orang menyembelih domba Paskah, murid-murid Yesus berkata kepada-Nya, “Ke mana Engkau kehendaki kami pergi untuk mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?” Lalu Ia menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan, “Pergilah ke kota; di sana seorang yang membawa kendi berisi air akan menemui kamu. Ikutilah dia dan katakanlah kepada pemilik rumah yang dimasukinya: Pesan Guru: Di manakah ruangan tempat Aku akan makan Paskah bersama-sam          a dengan murid-murid-Ku? Lalu orang itu akan menunjukkan kamu sebuah ruangan atas yang besar, yang sudah lengkap dan tersedia. Di situlah kamu harus mempersiapkan perjamuan Paskah untuk kita!” Kedua murid itu pun berangkat dan setibanya di kota, mereka dapati semua seperti yang dikatakan Yesus kepada mereka. Lalu mereka mempersiapkan Paskah.

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada mereka dan berkata, “Ambillah, inilah tubuh-Ku.” Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka, “Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, dalam Kerajaan Allah.” (Mrk 14:12-16,22-26) 

Bacaan Pertama:: Kel 24:3-8; Mazmur Tanggapan: Mzm 116:12-13,15-18; Bacaan Kedua: Ibr 9:11-15 

Pater Brennan Manning adalah seorang imam Fransiskan berkebangsaan Amerika. Pada suatu hari romo ini berkisah mengenai ibunya, pada waktu itu sudah berumur sekitar 70 tahun, yang tinggal di Brooklyn, New York City. Kehidupan Nyonya Manning berpusat pada Ekaristi secara harian. Karena ibu tua itu menjadi seorang sukarelawati pada sebuah “drug detoxification center” yang bertugas setiap hari mulai jam 7.30, maka satu-satunya Misa yang dapat didengarnya setiap hari adalah Misa jam 5.30 pagi.

Di seberang rumahnya tinggallah seorang ahli hukum (lawyer) yang sangat sukses, yang berumur sekitar 30 tahun; dia menikah dan mempunyai dua orang anak. Ahli hukum itu tidak beragama dan secara khusus suka mengkritisi orang-orang yang suka mendengar/mengikuti Misa Harian. Pada suatu pagi  di bulan Januari, jam 5, ketika mengendara mobil pulang ke rumahnya dari sebuah pesta, dan jalan sangat licin karena es, ia berkata kepada istrinya: “Taruhan yu, nenek tua itu pasti tidak keluar rumah pagi ini”, maksudnya Nyonya Manning. Namun alangkah terkejutnya sang ahli hukum, ketika kelihatan dari kejauhan Ibu Manning sedang tertatih-tatih berjuang menghadapi jalan licin yang menanjak menuju gereja. Tangan-tangannya pun digunakan untuk bergerak maju.

Sesampainya di rumah Bapak Pengacara itu mencoba untuk tidur, namun tidak dapat. Sekitar jam 9 pagi dia bangkit, pergi ke pastoran di sana dan minta bertemu dengan seorang imam. Ia berkata kepada imam di hadapannya: “Padre, aku bukan anggota umatmu. Aku tidak beragama. Akan tetapi, dapatkah kiranya anda menceritakan kepadaku apa yang anda miliki di dalam sana yang mampu membuat seorang perempuan tua merangkak dengan tangan dan lutut pada suatu pagi yang begitu dingin dan jalan begitu licin.” Inilah awal dari pertobatan sang ahli hukum, bersama istri dan anak-anaknya.

Seperti ibuku sendiri dahulu, Nyonya Manning adalah salah seorang umat kebanyakan di Gereja yang tidak pernah mempelajari buku-buku keagamaan/rohani yang dalam-dalam. Ia juga tidak pernah mengetahui serta mengenal istilah-istilah teologis yang keren-keren, namun ia mengetahui apa artinya berjumpa dengan Yesus Kristus dalam Komuni Kudus.

Kita mempunyai segalanya yang kita butuhkan dalam Komuni Kudus. Yesus Kristus adalah roti kehidupan kita. Apa lagi yang kita inginkan? Kita tidak membutuhkan sistem-sistem yang rumit, kata-kata atau istilah-istilah mentereng, tempat-tempat ziarah yang jauh-jauh, program-program psikologis atau sejenisnya apabila kita memiliki suatu iman yang sederhana namun kuat dalam Ekaristi Kudus. Ekaristi adalah Yesus sendiri: Ekaristi adalah segalanya!

Dalam Liturgi Ekaristi ada dua kalimat yang pantas untuk direnungkan. Kalimat pertama adalah: “Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuan-Nya” yang diucapkan imam selebran (Persiapan Komuni). Sungguh bahagialah, sungguh terberkatilah siapa saja yang diundang ke perjamuan Tuhan dan menerima tubuh-Nya (dan darah-Nya). Kalimat kedua adalah tanggapan umat: “Ya Tuhan, saya tidak pantas Engkau datang pada saya, tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh” (Persiapan Komuni). Komuni Kudus bukanlah sebuah hadiah karena seseorang itu baik hidupnya. Kita juga tidak berpura-pura untuk menjadi pantas. Kita datang ke Misa karena kita adalah para pendosa yang terus berjuang untuk memperbaiki diri. Kita datang ke meja perjamuan bukan karena kita sudah kenyang, melainkan sesungguhnya karena kita merasa lapar dan lemah. Yesus tidak mengambil sekeping medali emas sebagai tempat persembunyiannya melainkan roti dan anggur … makanan dan minuman … makanan dan perayaan.

Berbahagialah kita yang mempunyai segalanya di sana …… Yesus Kristus …… Roti Kehidupan kita.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, dalam Ekaristi Kudus Engkau datang kepadaku dalam rupa roti untuk menjadi makananku hari ini, sebagai seorang Sahabat yang akan mendampingiku, sebagai Terang yang akan membimbingku. Engkau adalah kekuatanku melawan godaan, energiku untuk bekerja dalam nama-Mu, dan tantanganku untuk membawa kasih-Mu kepada orang-orang yang akan kujumpai pada hari ini dan hari-hari selanjutnya. Amin.

Jakarta, 2 Juni 2018 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Leave a comment