Tag Archives: PAROUSIA

GURU, KAPAN ITU AKAN TERJADI?

GURU, KAPAN ITU AKAN TERJADI?

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXIV – Selasa, 28 November 2023)

OFM/OFMConv: Pw S. Yakobus dari Marka, Imam

OSU: Pesta Uni Roma Ordo Santa Ursula

Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah, betapa bangunan itu dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus, “Apa yang kamu lihat di situ – akan datang harinya ketika tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”

Lalu mereka bertanya kepada Yesus, “Guru, kapan itu akan terjadi? Apa tandanya, kalau itu akan terjadi?” Jawab-Nya, “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: ‘Akulah Dia,’ dan: ‘Saatnya sudah dekat.’ Janganlah kamu mengikuti mereka. Apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu takut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.”

Ia berkata kepada mereka, “Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang menakutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit. (Luk 21:5-11)

Bacaan Pertama: Dan 2:31-45; Mazmur Tanggapan: Dan 3:57-61

“Guru, kapan itu akan terjadi? Apa tandanya, kalau itu akan terjadi?” (Luk 21:7)

Pada zaman Yesus Bait Suci di Yerusalem merupakan bangunan yang indah dan sangat mengesankan bagi siapa saja yang memandangnya. Herodes Agung baru saja membangunnya kembali, dari tahun 19 sampai tahun 9 SM. Bangunan Bait Suci ini dua kali lebih luas daripada bangunan sebelumnya dan lebih indah pula karena dipenuhi banyak hiasan.

Jadi, tidak mengherankanlah, apabila ada banyak orang yang datang ke Bait Suci pada waktu Yesus berkhotbah di tempat itu. Mereka mengagumi struktur dan berbicara mengenai keindahan serta betapa besar dan kokoh  bangunan itu. Sebagai suatu umat, mereka sangat bangga akan Bait Suci mereka.

Jadi, tentunya mereka sangat terkejut pada saat mendengar Yesus “meramalkan” kehancuran Bait Suci yang baru itu, suatu kehancuran yang begitu besar sehingga “tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan” (Luk 21:6). Langsung saja mereka ingin memperoleh informasi terinci. Mereka bertanya kepada Yesus: “Guru, kapan itu akan terjadi? Apa tandanya, kalau itu akan terjadi?” (Luk 21:7).

Sesungguhnya kita dapat membandingkan diri kita seperti orang-orang pada zaman Yesus itu. Mereka sangat bangga dengan Bait Suci di Yerusalem dan kemuliaan yang dipancarkannya. Demikian pula halnya dengan kita: kita begitu bangga akan capaian-capaian kita, bangunan-bangunan yang ada dalam kota kita, teknologi kita dlsb.

Dalam hal ini kita seakan dapat mendengar bisikan Yesus: “Hati-hatilah, jangan sampai kamu terkecoh! Semua hal ini akan berlalu. Ya, memang aku ingin agar kamu memperbaiki kondisi bumi, menggunakan segala sumberdaya yang telah Kuberikan kepadamu. Akan tetapi, kamu harus menggunakan segala hal itu untuk kebaikan, untuk orang-orang miskinku, membawa kehidupan lebih baik bagi “wong cilik” yang sangat Kukasihi.”

Apakah yang telah kita lakukan dengan segala sumber daya alam kita, kekayaan alam kita? Apakah yang dinikmati oleh saudari-saudara kita di Papua, Kalimantan dan beberapa tempat lain, padahal selama ini kekayaan alam mereka telah diguras habis-habisan demi kepentingan sejumlah kecil orang serakah, malah untuk keuntungan negeri-negeri besar dan berkuasa? Di negara-negara maju, apakah berbagai sumber daya alam mereka diolah untuk menjadi produk-produk yang dapat membantu kesejahteraan rakyat mereka dan penduduk dunia lainnya? Ataukah hanya sebagai sarana untuk menghasilkan berbagai produk untuk penghancuran sesama manusia? Umat manusia – teristimewa dari negara-negara maju – sampai hari ini belum mampu untuk menemukan jalan/cara damai untuk menolong negara-negara atau bangsa-bangsa yang masih terkebelakang … para penduduk dunia yang masih kekurangan gizi dlsb.

Sebagai pribadi-pribadi, kiranya apakah yang dapat kita lakukan? Apakah upaya kita sebagai individu-individu dapat membuat efek terhadap masalah kelaparan, penindasan yang berskala dunia? Tentu saja kita dapat! Mungkin kita tidak akan melihat hasilnya secara khasat mata, namun jika kita menggunakan harta-kekayaan kita dengan bijaksana, hidup secara sederhana dan memberikan berbagai “surplus” kita untuk berbagai karya karitatif, maka kita akan membantu masalah kemiskinan dan penderitaan di dalam dunia. Janganlah kita sampai terkecoh oleh nilai-nilai berkaitan dengan kepemilikan harta-kekayaan yang berasal dari dunia, dari si Jahat!.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, ajarlah dan ingatkanlah aku senantiasa bahwa dunia ini dan segala kemuliaannya akan berlalu. Tanamkanlah dalam diriku rasa haus dan lapar akan kemuliaan yang akan datang bersama kedatangan-Mu kelak pada akhir zaman. Terima kasih, ya Tuhan Yesus. Terpujilah nama-Mu selalu. Amin.

Jakarta, 27 November 2023 [OFMConv: Pesta S. Fransiskus-Antonius Pasani, Imam]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KITA HARUS SENANTIASA MENGINGAT SABDA YESUS INI DALAM PRAKTEK KEHIDUPAN KITA

KITA HARUS SENANTIASA MENGINGAT SABDA YESUS INI DALAM PRAKTEK KEHIDUPAN KITA

(Bacaan Injil Misa Kudus,Hari Biasa Pekan Biasa XXIX – Rabu, 25 Oktober 2023)

Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.” Kata Petrus, “Tuhan, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu atau juga semua orang?” Jawab Tuhan, “Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya? Berbahagialah hamba yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya, ‘Tuanku tidak datang-datang,’ lalu ia mulai memukul hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, dan makan minum dan mabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkanya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan memenggalnya dan membuatnya senasib dengan orang-orang yang tidak setia. Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, akan banyak dituntut dari dirinya, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, akan lebih banyak lagi dituntut dari dirinya.” (Luk 12:39-48)

Bacaan Pertama: Rm 6:12-18; Mazmur Tanggapan: Mzm 124:1-8

“Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, akan banyak dituntut dari dirinya, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, akan lebih banyak lagi dituntut dari dirinya” (Luk 12:48).

Inilah ayat terakhir dari bacaan Injil hari ini. Aplikasinya yang paling langsung adalah terhadap tanggung jawab para pemimpin agama kepada siapa Kristus memberikan lebih banyak rahmat, namun pada saat yang sama mengharapkan lebih banyak dari mereka daripada dari orang-orang lain.

Kita harus senantiasa menerapkan kata-kata Yesus ini pada banyak karunia yang diberikan Allah kepada kita. Lihatlah, misalnya negara kita yang diberkati oleh Allah dengan kekayaan alam yang berlimpah. Kristus ingin agar kita menggunakan kekayaan alam ini, karena Allah menciptakan semua itu dan semua itu sesungguhnya baik. Akan tetapi, kita semua harus menggunakan hal-hal yang baik tersebut dengan penuh tanggung jawab. Cara kita menggunakan anugerah Allah ditentukan oleh komitmen dan sikap kita yang mendasar terhadap Allah dan sesama manusia.

Sikap mendasar ini harus dihayati dalam hidup kita sehari-hari. Kalau tidak demikian halnya, maka semuanya menjadi tidak riil. Di sini tidak menyangkut soal doa. Sebagian dari jalan menuju Allah adalah melalui dunia, dunia kerja/karya, kehidupan keluarga, RT/RW. Mengapa jalan menuju Allah? Karena dalam area-area inilah kita menggunakan karunia-karunia Allah dan mengembalikan semua kepada-Nya seperti yang diminta oleh-Nya.

Harta kekayaan kita, talenta-talenta kita, energi dan upaya-upaya kita adalah karunia dari Allah. Dan seturut apa yang telah diberikan kepada kitalah kita harus memberi. Sesama kita membutuhkan kita. Apabila kita memiliki lebih daripada yang kita butuhkan menurut akal sehat, maka orang-orang miskin mempunyai hak atas “surplus” yang kita miliki. Apabila kita memiliki talenta-talenta di bidang kepemimpinan, komunitas kita harus menikmati manfaat dari kualitas-kualitas kepemimpinan tersebut. Kita harus mengkontribusikan kepada perkembangan dunia ciptaan melalui kerja yang energetik dan yang penuh antusiasme. Ini adalah bagian dari rencana Allah.

Kita harus mewujudkan roh Injil hari ini dalam praktek kehidupan sehari-hari. Marilah kita menanggapi pesan Kristus dan memberi seturut ukuran yang telah kita terima.

DOA: Bapa surgawi, Engkau telah memenuhi diri kami masing-masing dengan rupa-rupa anugerah dan talenta. Semua kerja kami adalah untuk kemuliaan dan pujian bagi-Mu, dan untuk pembangunan umat-Mu di dunia ini. Sungguh, Engkau adalah keselamatanku (Mzm 12:2). Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.  Amin.

Jakarta, 24 Oktober 2023 [Pfak S. Antonius Maria Claret, Uskup]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

ANAK MANUSIA AKAN KEMBALI DATANG MENGUNJUNGI KITA

ANAK MANUSIA AKAN KEMBALI DATANG MENGUNJUNGI KITA

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU ADVEN I [TAHUN A] – 27 November 2022)

“Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. Sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai pada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, dan mereka tidak tahu apa-apa, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan; kalau ada dua orang perempuan sedang memutar batu giling, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.

Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Karena itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.” (Mat 24:37-44)

Bacaan Pertama Yes 2:1-5; Mazmur Tanggapan: Mzm 122:1-9; Bacaan Kedua : Rm 13:11-14a

Hari Minggu pertama dalam kalender Gereja mengajak kita memandang horizon kehidupan di mana pada akhirnya Kristus akan kembali datang mengunjungi kita. Kedatangan kembali Yesus Kristus pada akhir zaman sungguh merupakan bagian penting dalam iman-kepercayaan kita. Dalam perayaan Ekaristi, kita selalu mempermaklumkan misteri  iman kita semua (anamnesis): “Wafat-Mu, Tuhan, kami wartakan, kebangkitan-Mu kami muliakan, hingga Engkau datang” atau padanannya.

Siapa yang akan datang dan bagaimana kedatangannya itu? Gelar yang diberikan kepada Tuhan Yesus adalah “Anak Manusia”. Tentu gema dari kemanusiaan Yesus Kristus yang tersirat dalam gelar “Anak Manusia” mengingatkan kita bahwa kedatangan-Nya untuk kedua kali pada akhir zaman memiliki karakteristik bahwa Dia pernah datang sebagai manusia seperti kita. Injil Yohanes secara singkat mengatakan: “Firman itu telah menjadi manusia, dan tinggal di antara kita …” (Yoh 1:14).

Dia telah datang ke tengah-tengah kita sebagai terang, kasih dan hidup. Dia ditolak oleh banyak orang, diterima oleh sejumlah orang. Sesungguhnya Yesus ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan (lihat Luk 1:34), karena terang-Nya menyingkap kepura-puraan dan kamuflase kehidupan.

Bilamana Dia datang kembali, terang-penghakiman-Nya akan menembus tirai kebohongan kita dan membuka topeng-topeng kita. Maka kita pun akan melihat siapa sebenarnya diri kita. Kita akan mengetahui apakah kita ini seperti “domba-domba” atau “kambing-kambing” (lihat Mat 25:31-46)? Walaupun terang telah datang ke tengah dunia, banyak manusia yang lebih menyukai kegelapan ketimbang terang karena mereka memang jahat dalam pikiran, perkataan dan perbuatan serta lalai berbuat kebaikan (bacalah ajaran Yesus kepada Nikodemus; Yoh 3:19-21).

Kedua, Yesus datang dalam kasih. “Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16). Dia datang dalam kasih …… sebagai seorang Saudara untuk merangkul kita … dan untuk melayani kita … dan untuk menjadi Penebus kita. Itulah gambaran bagaimana Dia akan kembali untuk kedua kalinya …… untuk menarik kita secara total ke dalam rangkulan-Nya yang penuh kasih. Namun mereka yang telah menolak semua kasih dalam hidup mereka, keras hati dalam kebencian dan kebencian tidak mampu menanggapi rangkulan-Nya yang penuh kasih. Neraka adalah upah dari penolakan kasih yang sejati.

Ketiga, Yesus datang supaya kita beroleh hidup yang penuh. Dia berbicara tentang perlunya bersikap legowo, bahkan mati terhadap diri sendiri agar supaya dapat bertumbuh ke dalam hidup ilahi. Sabda-Nya dibuktikan dalam perbuatan ketika Dia bangkit dari kematian. Ketika Anak Manusia datang kembali dan kita harus mengembalikan nafas kehidupan kepada Bapa surgawi, hal itu berarti undangan untuk sharing dalam hidup ilahi. Akan tetapi, tidak demikan halnya bagi mereka yang telah  hidup dalam kedosaan. Kedatangan-Nya kembali adalah suatu keniscayaan karena kita pasti mengalami kematian. Ketidakpastian satu-satunya adalah kapan hal itu akan terjadi. Kita begitu mudah dibuat tuli oleh pelbagai godaan duniawi dan hiruk pikuk hidup ini sehingga kita tidak mendengar datangnya air banjir yang hebat. Atau kita terlelap dalam kenyamanan hidup yang berpusat pada pemuasan diri sendiri sehingga kita tidak mampu mendengar bahwa para pencuri telah merusak pintu gerbang kita dan masuk ke dalam rumah.

Pesan dari awal masa Adven adalah untuk tetap berjaga (tidak tidur) …… dalam sikap waspada kita bersiap-siaga …… karena Anak Manusia sedang datang. Bagaimana cara kedatangan-Nya adalah imitasi dari terang, kasih dan hidup yang memasuki dunia dalam diri Yesus dari Nazaret.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, Engkau ingin agar aku senantiasa bersiap-siaga menantikan kedatangan-Mu untuk kedua kalinya. Biarlah Roh Kudus-Mu  senantiasa membimbingku dan mengingatkan aku akan hal ini. Amin.

Cilandak, 26 November 2022 [Peringatan S. Leonardus dr Porto Mauritio]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KERAJAAN ALLAH SUDAH DEKAT

KERAJAAN ALLAH SUDAH DEKAT

(Bacaan Injil Misa,  Hari Biasa Pekan Biasa XXXIV – Jumat, 25 November 2022)

 Pfak S. Katarina dr Aleksandria, Perawan Martir

Kongregasi Bruder Budi Mulia: HR Berdiri Kongregasi

FSGM: HR Berdiri Kongregasi

OSU: HR Berdiri Persekutuan Santa Ursula

OSF Sibolga: Pesta Beata Elisabet dr Reute, Perawan, Pelindung Tarekat

Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka, “Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Orang-orang zaman ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.” (Luk 21:29-33)

Bacaan Pertama: Why 20:1-4,11 – 21:2; Mazmur Tanggapan: Mzm 84:3-6a,8a

Yesus mengatakan kepada para murid-Nya, bahwa sebagaimana pohon ara atau pohon-pohon lainnya yang sudah bertunas menandakan sudah dekatnya musim panas, demikian pula akan ada tanda-tanda yang pasti bahwa kerajaan Allah sudah dekat. Metafora yang digunakan Yesus dipahami dengan baik oleh para pendengar-Nya yang adalah orang-orang Yahudi. Mereka memahami bahwa pohon ara akan berbuah dua kali dalam satu tahun – pada awal musim semi dan pada musim gugur. Kitab Talmud mengatakan bahwa buah pertama dimaksudkan untuk datang pada hari setelah Paskah – saat di mana orang-orang Israel percaya bahwa Mesias akan melayani dalam kerajaan Allah.

Dengan mengajarkan perumpamaan ini, Yesus sebenarnya menjelaskan pentingnya bagi orang-orang untuk membaca “tanda-tanda zaman” seperti para petani harus mendengarkan dan memahami prakiraan cuaca agar berhasil dalam bercocok-tanam, maka kita pun harus mampu untuk mendengar dan mengerti tanda-tanda dari Allah dan karya-karya-Nya dalam kehidupan kita sehingga kita dapat siap untuk kedatangan kerajaan-Nya.

Allah berbicara dengan banyak cara: lewat pembacaan dan permenungan Kitab Suci, lewat ajaran-ajaran Gereja, lewat kata-kata yang diucapkan saudari-saudara Kristiani lainnya, dalam hati kita, bahkan dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia. Akan tetapi, bagaimanakah kiranya kita dapat mengenali suara-Nya di tengah-tengah suara-suara lainnya yang menarik perhatian kita? Rasa percaya (trust) yang didasarkan pada kerendahan hati dan rasa sesal mendalam atas dosa-dosa kita dapat mulai membuka telinga-telinga kita. Mengambil risiko-risiko kecil, senantiasa memohon Roh Kudus agar mengajar kita, semua ini dapat menolong kita bertumbuh dalam keyakinan bahwa Allah tidak ingin meninggalkan kita dalam kegelapan. Jadi, selalu ada kemungkinan bagi kita untuk belajar bagaimana memandang dengan mata iman, mendengarkan dengan telinga-telinga pengharapan, dan memberi tanggapan dengan hati penuh cintakasih.

Kita tidak mengetahui kapan hari akhir itu akan datang, akan tetapi Yesus mengatakan kepada kita: “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia” (Luk 21:36). Yesus juga memberikan kepada kita tanda-tanda untuk menolong kita agar berjaga-jaga dan dipenuhi hasrat mendalam akan kedatangan kerajaan-Nya. Setiap hari kita dapat menyambut Yesus masuk ke dalam hati kita dan mohon kepada-Nya untuk menunjukkan sedikit lagi rencana-Nya. Allah ingin memenuhi diri kita dengan antisipasi penuh gairah selagi kita menantikan kedatangan-Nya kembali. Marilah kita mendengarkan ketukan-Nya pada pintu hati kita dan menyambut kedatangan kerajaan-Nya dalam kepenuhannya. Peganglah senantiasa kata-kata-Nya: “Perkataan-Ku tidak akan berlalu” (Luk 21:33).

DOA: Tuhan Yesus Kristus, tolonglah aku agar mampu mengenali tanda-tanda-Mu hari ini. Apakah yang Kauinginkan untuk kulihat? Bukalah pintu surga, ya Tuhan, agar aku dapat memperoleh pandangan sekilas dari kerajaan-Mu selagi aku berdiri siap untuk menyapa Engkau pada saat kedatangan-Mu kelak. Amin.

Jakarta, 24 November 2022 [Pw Andreas Dūng Lac, Imam dkk. Martir-martir Vietnam]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KEDATANGAN SANG MESIAS YANG DINANTIK-NANTIKAN

KEDATANGAN SANG MESIAS YANG DINANTI-NANTIKAN

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pw S. Andreas Dūng Lac, Imam dkk. Martir – Kamis, 24 November 2022)

“Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, sebab itulah masa pembalasan ketika semua yang telah tertulis akan digenapi. Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesusahan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu.”

“Akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan guncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah kepalamu, sebab pembebasanmu sudah dekat.”  (Luk 21:20-28)

Bacaan Pertama: Why 18:1-2,21-23;19:1-3,9a; Mazmur Tanggapan: Mzm 100:2-5

Salah satu unsur dari kepercayaan umat Yahudi pada zaman Yesus dahulu adalah bahwa YHWH akan membangkitkan seorang Mesias guna menyelamatkan umat-Nya. Ada orang-orang yang membayangkan sang Mesias sebagai seorang tokoh politik yang akan memerdekakan bangsa Yahudi dari penjajahan bangsa Romawi. Ada orang-orang lain yang mengharapkan agar Musa atau Elia kembali dan memimpin bangsa Yahudi seperti mereka lakukan dalam masa Perjanjian Lama. Ada juga orang-orang yang mengharapkan seorang Mesias imamiyah yang akan membawa umat kembali ke suatu penyembahan kepada YHWH yang benar.

Yesus berbicara kepada orang banyak tentang akhir zaman. Setelah bernubuat mengenai keruntuhan Yerusalem, Yesus mengatakan bahwa akan ada tanda-tanda kosmik, peristiwa-peristiwa besar yang akan membuat orang-orang menjadi takut. Namun tanda yang paling besar akan menyusul: “Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya” (Luk 21:27).

Siapa sebenarnya “Anak Manusia” ini? Dalam penglihatannya tentang akhir zaman, Daniel melihat seorang seperti anak manusia datang dengan awan-awan dari langit. Ia datang kepada Yang Lanjut Usianya, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah (Dan 7:13-14).

Anak Manusia adalah Mesias dan pada saat yang sama juga Hakim. Ia berbeda dengan jenis-jenis Mesias yang biasa diharapkan oleh orang-orang Yahudi. Mengapa? Karena Anak Manusia datang dari surga dan tidak hanya seorang manusia, melainkan juga sangat dekat dengan YHWH di surga. Kepada Mesias ini – Anak Manusia ini – diberikan kekuasaan dan wewenang atas seluruh bumi serta isinya, dan segenap ciptaan lainnya, dan kekuasaannya adalah kekal-abadi.

Yesus adalah sang Mesias, Anak Manusia. Bilamana Dia datang, maka Dia sungguh-sungguh akan menghakimi bumi. Dia menyemangati serta mendorong umat yang percaya: “Bangkitlah dan angkatlah kepalamu, sebab pembebasanmu sudah dekat” (Luk 21:28). Oleh karena itu, janganlah kita merasa takut akan akhir zaman dan kedatangan Anak Manusia, Yesus, karena Dia adalah seorang Hakim yang adil (bdk. Mat 25:31-46).

DOA: Tuhan Yesus Kristus, segala kuasa di surga dan di bumi telah diberikan kepada-Mu. Datanglah dan dirikanlah kerajaan-Mu secara penuh dengan datang kembali kelak dalam kemuliaan. Tolonglah kami untuk menjadi murid-murid-Mu yang setia dan taat kepada perintah-perintah-Mu, sehingga dengan demikian kami dapat berdiri dengan kepala tegak pada saat kedatangan-Mu kembali pada akhir zaman. Amin.

Jakarta 23 November 2022 [Pfak S. Klemens I, Paus Martir; Pfak S. Kolumbanus, Abas]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

GURU, KAPAN ITU AKAN TERDJADI?

GURU, KAPAN ITU AKAN TERJADI?

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pw S. Sesilia, Perawan Martir – Selasa, 22 November 2022)

Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah, betapa bangunan itu dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus, “Apa yang kamu lihat di situ – akan datang harinya ketika tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”

Lalu mereka bertanya kepada Yesus, “Guru, kapan itu akan terjadi? Apa tandanya, kalau itu akan terjadi?” Jawab-Nya, “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: ‘Akulah Dia,’ dan: ‘Saatnya sudah dekat.’ Janganlah kamu mengikuti mereka. Apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu takut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.”

Ia berkata kepada mereka, “Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang menakutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit. (Luk 21:5-11)

Bacaan Pertama: Why 14:14-20; Mazmur Tanggapan: Mzm 96:10-13

“Guru, kapan itu akan terjadi? Apa tandanya, kalau itu akan terjadi?” (Luk 21:7)

Pada zaman Yesus, Bait Suci di Yerusalem merupakan bangunan yang indah dan sangat mengesankan bagi siapa saja yang memandangnya. Herodes Agung baru saja membangunnya kembali, dari tahun 19 sampai tahun 9 SM. Bangunan Bait Suci ini dua kali lebih luas daripada bangunan sebelumnya dan lebih indah pula karena dipenuhi banyak hiasan.

Jadi, tidak mengherankanlah, apabila ada banyak orang yang datang ke Bait Suci pada waktu Yesus berkhotbah di tempat itu. Mereka mengagumi struktur dan berbicara mengenai keindahan serta betapa besar dan kokoh  bangunan itu. Sebagai suatu umat, mereka sangat bangga akan Bait Suci mereka.

Jadi, tentunya mereka sangat terkejut pada saat mendengar Yesus “meramalkan” kehancuran Bait Suci yang baru itu, suatu kehancuran yang begitu besar sehingga “tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan” (Luk 21:6). Langsung saja mereka ingin memperoleh informasi terinci. Mereka bertanya kepada Yesus: “Guru, kapan itu akan terjadi? Apa tandanya, kalau itu akan terjadi?” (Luk 21:7).

Sesungguhnya kita dapat membandingkan diri kita seperti orang-orang pada zaman Yesus itu. Mereka sangat bangga dengan Bait Suci di Yerusalem dan kemuliaan yang dipancarkannya. Demikian pula halnya dengan kita: kita begitu bangga akan capaian-capaian kita, bangunan-bangunan yang ada dalam kota kita, teknologi kita dlsb.

Dalam hal ini kita dapat mendengar bisikan Yesus: “Hati-hatilah, jangan sampai kamu terkecoh! Semua hal ini akan berlalu. Ya, memang aku ingin agar kamu memperbaiki kondisi bumi, menggunakan segala sumberdaya yang telah Kuberikan kepadamu. Akan tetapi, kamu harus menggunakan segala hal itu untuk kebaikan, untuk orang-orang miskinku, membawa kehidupan lebih baik bagi “wong cilik” yang sangat Kukasihi.”

Apakah yang telah kita lakukan dengan segala sumber daya alam kita, kekayaan alam kita? Apakah yang dinikmati oleh saudari-saudara kita di Papua, Kalimantan dan beberapa tempat lain, padahal selama ini kekayaan alam mereka telah diguras habis-habisan demi kepentingan sejumlah kecil orang serakah, malah untuk keuntungan negeri-negeri besar dan berkuasa? Di negara-negara maju, apakah berbagai sumber daya alam mereka diolah untuk menjadi produk-produk yang dapat membantu kesejahteraan rakyat mereka dan penduduk dunia lainnya? Ataukah hanya sebagai sarana untuk menghasilkan berbagai produk untuk penghancuran sesama manusia? Umat manusia – teristimewa dari negara-negara maju – sampai hari ini belum mampu untuk menemukan jalan/cara damai untuk menolong negara-negara atau bangsa-bangsa yang masih terkebelakang … para penduduk dunia yang masih kekurangan gizi dlsb.

Sebagai pribadi-pribadi, kiranya apakah yang dapat kita lakukan? Apakah upaya kita sebagai individu-individu dapat membuat efek terhadap masalah kelaparan, penindasan yang berskala dunia? Tentu saja kita dapat! Mungkin kita tidak akan melihat hasilnya secara khasat mata, namun jika kita menggunakan harta-kekayaan kita dengan bijaksana, hidup secara sederhana dan memberikan berbagai “surplus” kita untuk berbagai karya karitatif, maka kita akan membantu masalah kemiskinan dan penderitaan di dalam dunia. Janganlah kita sampai terkecoh oleh nilai-nilai berkaitan dengan kepemilikan harta-kekayaan yang berasal dari dunia, dari si Jahat!.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, ajarlah dan ingatkanlah aku senantiasa bahwa dunia ini dan segala kemuliaannya akan berlalu. Tanamkanlah dalam diriku rasa haus dan lapar akan kemuliaan yang akan datang bersama kedatangan-Mu kelak pada akhir zaman. Amin.

Jakarta, 21 November 2022 [Pw SP Maria Dipersembahkan kepada Allah]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SENANTIASA WASPADA MENANTIKAN KEDATANGAN TUHAN YESUS

SENANTIASA WASPADA MENANTIKAN KEDATANGAN TUHAN YESUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXI – Kamis, 25 Agustus 2022)

Pfak S. Ludovikus; Pfak S.Yosef dr Calasanz, Imam

Keluarga Besar Fransiskan (kecuali OFS): Pw S. Ludovikus IX, Pelindung OFS

OFS: Pesta S. Ludovikus IX, Pelindung OFS

Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.

Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Karena itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.

Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya? Berbahagialah hamba yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu ketika tuannya itu datang. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu Tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. Akan tetapi, apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkanya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi.” (Mat 24:42-51)

Bacaan Pertama: 1Kor 1:1-9; Mazmur Tanggapan: Mzm 145:2-7

“Berbahagialah hamba yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu ketika tuannya itu datang.” (Mat 24:46)

Apakah anda siap? Orang-orang pada zaman Yesus mengetahui, barangkali jauh lebih tahu dari kita semua, akan kebutuhan untuk senantiasa bersikap waspada. Pada zaman itu banyak perampok atau penyamun beroperasi di malam hari. Oleh karena itu para penjaga rumah dan/atau penjaga malam harus sungguh waspada setiap saat, siap untuk menghadapi bahaya apa pun yang mungkin mengancam.

Memang kebanyakan kita – teristimewa orang kota besar – tidak merasa adanya keperluan untuk menghadapi ancaman para pencuri di malam hari, namun kita dipanggil untuk menjaga harta warisan kita dalam Kristus. Musuh-musuh kita – Iblis, hal-ikhwal duniawi, kodrat kita sendiri yang cenderung berdosa – terus saja mengancam kita semua. Kalau tidak waspada, maka kita pun dapat hancur berkeping-keping! Iblis dan hal-hal yang disebutkan tadi senantiasa mencari kesempatan untuk menggeser posisi kita yang penuh kepercayaan pada Kristus, a.l. dengan menimbulkan keraguan terhadap martabat kita sebagai anak-anak Allah; juga dengan mengaburkan ingatan kita akan karya Allah dalam kehidupan kita dan yang meyakinan kita  bahwa Kristus sungguh ada dalam diri kita masing-masing, dan bahwa Dia samasekali bukanlah harapan kemuliaan bagi kita. Setiap Selasa malam dalam Ibadat Penutup, Santo Petrus senantiasa mengingatkan kita: “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1Ptr 5:8).

Menghadapi ancaman-ancaman tersebut di atas, Yesus memanggil kita untuk senantiasa waspada. Dia ingin kita untuk siap-siaga tidak hanya dalam menantikan kedatangan-Nya untuk kedua kalinya, melainkan juga siap untuk segala waktu akan kedatangan-Nya kepada kita dalam kehidupan kita sehari-hari untuk memberikan rahmat dan hikmat-Nya kepada kita. Dengan tetap waspada, kita dapat menjaga posisi istimewa yang kita miliki dalam Kristus, martabat kita sebagai “kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah” (Ef 2:19). Kesiap-siagaan akan menjaga kita untuk terbuka menyambut Yesus kapan saja Dia datang.

Janji Injil hari ini adalah bahwa apabila kita tetap waspada menantikan kedatangan Tuhan Yesus, maka musuh-musuh kita akan kehilangan kontrolnya atas diri kita. Bahkan badai kehidupan sekali pun akan menjadi kesempatan-kesempatan sangat berharga untuk melihat bagaimana Yesus bertempur untuk kita.  Tuhan Yesus ingin sekali melayani kita dengan penuh kemurahan hati. Sayup-sayup atau jelas kita mendengar suara-Nya: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat 11:28). Oleh karena itu, marilah kita menyerahkan segala beban dan kesusahan kita, dan Ia pun akan menggantinya menjadi sukacita dan tawa-ceria.

Waspadalah dan selalu ingatlah bahwa kita (anda dan saya) mempunyai “seorang” Allah yang telah mengasihi kita sejak sediakala dan menginginkan kita mengalami kemenangan-Nya dan mencicipi sukacita yang akan datang bersama-Nya pada saat Ia kembali kelak.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, Engkau adalah segalanya yang kubutuhkan. Engkau adalah mutiaraku yang sangat berharga. Tolonglah aku agar mampu mengambil keputusan-keputusan hari ini yang akan menjaga harta kehidupan yang telah Engkau taruh dalam hatiku. Aku akan menjaga agar pelitaku tetap bernyala selagi Engkau mengisi diriku dengan minyak Roh-Mu, karena bersama sang pemazmur aku percaya bahwa “Engkau, Tuhan, akan memberikan kebaikan” (Mzm 85:12) kepadaku . Amin.

Jakarta, 24 Agustus 2022 [Pesta S. Bartolomeus, Rasul]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

UMAT PEZIARAH YANG SEDANG MENUJU RUMAH BAPA

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XXXIII [TAHUN B] – 14 November 2021)

“Tetapi pada masa itu, sesudah siksaan itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit, dan kuasa-kuasa langit akan guncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Pada waktu itu juga Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat dan akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung bumi sampai ke ujung langit.

Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara. Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu lihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Orang-orang zaman ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya itu terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.

Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di surga tidak dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja.” (Mrk 13:24-32)

Bacaan Pertama: Dan 12:1-3; Mazmur Tanggapan: Mzm 16:5-11; Bacaan Kedua: Ibr 10:11-14,18

Walaupun kita sekarang masih berada pada pertengahan bulan November, Gereja pada Misa Kudus hari ini menatap ke akhir dari tahun liturgi, yang jatuh pada hari Minggu yang akan datang, dan tentunya menatap ke akhir zaman di mana Yesus akan datang kembali dalam kemuliaan-Nya. Apakah hari yang mahapenting itu sudah dekat atau masih jauh di masa depan, kita tidak tahu. Sekali lagi: kita tidak tahu! Walaupun demikian, hari itu penting sekali bagi kita semua, dan kita harus mengakui bahwa dengan berjalannya waktu – hari lepas hari – kita terus melangkah maju dan menjadi semakin dekat dengan hari itu.

Bacaan pertama hari ini yang diambil dari Kitab Daniel, dan juga bacaan Injil mengajar kita – walaupun dengan menggunakan imaji-imaji yang sangat kompleks – tentang kedatangan Yesus untuk kedua kalinya. Kedatangan kedua kali dari Yesus yang bersifat final ini adalah keprihatinan setiap Misa Kudus yang kita rayakan. Lagu Aklamasi Anamnesis dalam Doa Syukur Agung dengan jelas merujuk kepada kedatangan Yesus untuk kedua kalinya. Imam mengajak umat: “Marilah menyatakan misteri iman kita.” Umat menjawab: “Wafat Kristus kita maklumkan, kebangkitan-Nya kita muliakan, kedatangan-Nya kita rindukan.” Lihatlah beberapa alternatif Aklamasi Anamnesis lainnya. Setelah doa “Bapa Kami”, ada doa sisipan atau Embolisme yang diucapkan oleh Imam Selebran. Salah satu contohnya: “Ya Bapa, bebaskanlah kami dari segala yang jahat dan berilah kami damai-Mu. Kasihanilah dan bantulah kami supaya selalu bersih dari noda dosa dan terhindar dari segala gangguan, sehingga kami dapat hidup dengan tenteram, sambil mengharapkan kedatangan Penyelamat kami Yesus Kristus.” Umat yang hadir menjawab: “Sebab Engkaulah Raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya.” Bukankah ini juga merujuk kepada kedatangan Yesus untuk kedua kalinya?

Jadi, sebagai umat yang sudah lama berada dalam perjalanan ziarah untuk kembali ke rumah Bapa – kita harus senantiasa menatap ke depan, yaitu kepada Yesus yang akan datang ke dunia untuk kedua kalinya. Rumah berarti tempat untuk beristirahat dan juga tempat yang nyaman, dan suatu akhir dari segala beban yang kita pikul dan juga ketidaknyamanan selama perjalanan ziarah kita. Rumah Bapa, yang juga merupakan rumah kita bersama, adalah akhir dari perjalanan kita, namun itu adalah awal dari hidup kekal yang sungguh membahagiakan.

Selagi kita melakukan perjalanan ziarah dalam hidup ini, kita perlu memiliki suatu sikap yang seimbang (a balanced attitude). Kita tidak dapat hanya memikirkan surga saja seakan hidup di dunia ini tidak bernilai dan tanpa tujuan sama sekali, namun di lain pihak kita sangat bodoh kalau menjalani hidup dengan hanya memikirkan eksistensi kita di dunia. Karena kita begitu disibukkan dengan pemenuhan berbagai kebutuhan hidup di dunia guna menopang hidup keluarga, kenikmatan hidup duniawi, barangkali kebanyakan dari kita perlu mengingat bahwa ada hal yang jauh lebih besar terkait eksistensi kita daripada sekadar yang kita alami sekarang.

Ada dua titik ekstrim dalam hidup kita di mana kita harus mengingat bahwa ada banyak hal lagi yang akan datang. Pertama-tama adalah ketika kita mengalami penderitaan pada titiknya yang tertinggi, pada waktu kita menderita frustrasi total dan hampir mengalami keputusasaan; segalanya terasa gelap. Memang cukup pantas bagi seorang beriman untuk mencari penghiburan dan pengharapan bahwa Allah merencanakan  sesuatu yang lebih baik bagi kita, bahwa kita harus menderita dan bahkan mati seperti Yesus sendiri, sehingga dengan demikian kita dapat masuk ke dalam kebahagian tanpa akhir yang telah dipersiapkan Allah bagi mereka yang mengasihi-Nya.

Titik kedua adalah ketika hidup kita terasa paling nikmat, ketika semua berjalan dengan baik bagi kita dsb.; di sini barangkali kita luput untuk memikirkan Allah dan kebaikan-Nya, … kita lupa. Mengapa? Karena pikiran kita mengatakan bahwa kita tidak membutuhkan Allah, puas dengan segala yang kita miliki dan terjadi dengan diri kita. Memang bukan hal yang aneh bagi orang-orang tertentu untuk berpaling kepada Allah dan berdoa kepada-Nya hanya jika adalah kebutuhan yang besar, yang mendesak, masalah hidup atau mati, misalnya dalam suasana perang atau setelah mengalami bencana hebat seperti gempa bumi, gunung meletus, tanah longsor, tsunami dlsb. Kita harus memandang saat-saat baik sebagai “icip-icip” dari apa yang akan datang, dengan demikian memuji dan bersyukur kepada Allah selagi mengalami semua itu karena kebaikan-Nya kepada kita.

Secara sederhana, baik pada saat-saat semua baik atau pun buruk, layaklah bagi seseorang beriman untuk hidup dengan mata yang memusatkan perhatian pada surga. Kita adalah umat yang sedang berziarah, dan kita tidak pernah boleh luput melihat tujuan perjalanan ziarah kita. Di lain pihak, kita tidak boleh memusatkan perhatian kita pada surga dengan menggunakan kedua biji mata kita. Hidup ini dan dunia ini mempunyai makna dan tujuan. Kita semua adalah anak-anak Allah dan kepada kitalah Dia mempercayakan dunia ciptaan-Nya ini. Rencana-Nya adalah bahwa segenap ciptaan akan secara perlahan-lahan menuju suatu saat penyempurnaan, dan kita adalah bagian dari rencana itu. Apakah yang kita lakukan – melalui bantuan rahmat Allah – untuk berkontribusi terhadap pembangunan ciptaan, sampai Yesus Kristus menyelesaikan pekerjaan-Nya melalui kuat-kuasa penebusan kematian dan kebangkitan-Nya.

Dengarlah ajaran Konsili Vatikan II yang indah ini: “… pria maupun wanita, yang – sementara mencari nafkah bagi diri maupun keluarga mereka – melakukan pekerjaan mereka sedemikian rupa sehingga sekaligus berjasa-bakti bagi masyarakat, memang dengan tepat dapat berpandangan, bahwa dengan jerih-payah itu mereka mengembangkan karya Sang Pencipta” (Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini, 34). Hidup ini bermakna sebagai bagian dari rencana Allah.

Dalam setiap Perayaan Ekaristi, kita diingatkan bahwa kita adalah umat yang sedang berziarah. Berjalan dalam prosesi untuk menyambut Komuni Kudus adalah sebuah tanda liturgis berkenan dengan perjalanan spiritual kita. Dan sebagai suatu umat peziarah kita mempunyai makanan untuk menopang hidup kita, Ekaristi. Kita berdiri untuk menerima Komuni Kudus, karena berdiri adalah tanda kuno dalam Gereja dari kebangkitan Kristus. Makanan ini adalah jaminan, janji sehubungan dengan keikutsertaan kita dengan kebangkitan Kristus, yang telah berjanji, “Siapa saja yang makan daging-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman” (Yoh 6:54). Kita berasal dari Allah dan berada dalam perjalanan ziarah ke suatu tujuan – karunia hidup kekal-abadi melalui keikutsertaan kita dalam kebangkitan Kristus.

Kita harus menjalani kehidupan di dunia ini, namun marilah kita melaksanakannya  tanpa rasa cemas dan kekhawatiran, karena kita percaya bahwa dengan ketaatan penuh rendah hati kepada Yesus kita akan sampai pada tujuan kita, rumah Bapa.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, Engkau adalah andalanku. Aku menyerahkan hidupku sepenuhnya kepada-Mu, ya Tuhan. Aku memohon pertolongan-Mu agar aku selalu sanggup menanggung beban-beban dalam perjalanan ziarahku di dunia. Ajarlah aku agar senantiasa penuh keyakinan akan kehadiran-Mu. Datanglah, Tuhan Yesus. Amin.

Jakarta, 13 November 2021 [Peringatan Fakultatif S. Didakus dr Alkala, Biarawan]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KEDATANGAN KRISTUS KE DUNIA UNTUK KEDUA KALINYA

(Bacaan Injil Misa Kudus, PW S. Yosafat, Uskup Martir – Jumat, 12 November 2021)

Sama seperti yang terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia: Mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai pada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua. Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka berjual beli, mereka menanam dan membangun. Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Demikianlah halnya kelak pada hari Anak Manusia dinyatakan. Siapa saja yang pada hari itu sedang berada di atas rumah dan barang-barangnya ada di dalam rumah, janganlah ia turun untuk mengambilnya, dan demikian juga orang yang sedang di ladang, janganlah ia kembali. Ingatlah akan istri Lot! Siapa saja yang berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan siapa saja yang kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya. Aku berkata kepadamu: Pada malam itu ada dua orang di atas tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Ada dua orang perempuan bersama-sama menggiling gandum, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.” (Kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.) Kata mereka kepada Yesus, “Di mana, Tuhan?” Kata-Nya kepada mereka, “Di mana ada mayat, di situ berkerumun burung-burung nasar.” (Luk 17:26-37)

Bacaan Pertama: Keb 13:1-9; Mazmur Tanggapan: Mzm 19:2-5

Hampir semua orang merasa tidak enak kalau merenungkan masalah akhir zaman. Namun demikian Yesus membahas hal-ikhwal akhir zaman ini dengan para murid-Nya, dan Gereja mengundang kita semua untuk merenungkan janji-janji-Nya tentang apa yang akan datang kelak. Yesus membuat jelas kepada para murid-Nya bahwa semua pengikut-Nya harus percaya akan kedatangan-Nya untuk kedua kali kelak.

Yesus mengatakan bahwa akhir sejarah umat manusia akan menyangkut suatu “perpisahan”. Ia bersabda, “Aku berkata kepadamu: Pada malam itu ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Ada dua orang perempuan bersama-sama menggiling  gandum, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan” (Luk 17:34-35). Kebudayaan modern cenderung untuk mengabaikan “peringatan akan suatu penghakiman”. Banyak orang merasa bahwa Allah yang penuh kasih tidak akan menghukum siapa pun. Namun jelaslah bahwa Yesus mengajarkan bahwa Bapa surgawi telah memberikan kepada-Nya wewenang penuh untuk menghakimi dunia.

Dalam kesempatan lain Ia bersabda: “Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Siapa saja yang tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa yang mengutus Dia” (Yoh 5:23-24). Akan tetapi hanya Allah sajalah yang menentukan kapan “perpisahan” itu akan terjadi. Situasi umat manusia zaman sekarang tidak ubahnya dengan zaman Nuh (lihat Luk 17:26-27). Manusia akan melanjutkan rutinitas kehidupan mereka sampai kedatangan waktu yang ditentukan Allah itu.

Kita dapat dengan mudah menjadi takut akan hal-hal yang akan terjadi pada hari-hari terakhir bumi ini. Bukanlah maksud Yesus untuk menakut-nakuti kita, melainkan untuk menyiapkan kita akan kedatangan-Nya untuk kedua kalinya kelak. Yesus mengingatkan para murid-Nya: “Ingatlah akan istri Lot!” (Luk 17:32). Kita ketahui bahwa istri Lot menolak pesan dari malaikat: ia menoleh ke belakang, artinya dia mau tetap berpaut pada masa lampaunya; dan dia menjadi tiang garam (lihat Kej 19:26).  Yesus bersabda: “Siapa  saja yang berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan siapa saja yang kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya” (Luk 17:33). Roh Kudus akan mengajarkan kepada kita tentang apa artinya melepaskan diri kita dari keterlekatan pada kehidupan dunia dan mencari dulu Kerajaan Allah (lihat Mat 6:33).

Yesus tidak pernah menyembunyikan apa pun dari para murid-Nya. Bagi mereka yang menolak tawaran Allah untuk hidup dalam Kristus, akan ada penderitaan. Namun demikian, kabar baiknya adalah bahwa bila Yesus datang kembali kelak, Ia akan membawa serta kita kepada suatu hidup penuh kemuliaan. Hidup mulia seperti itu dapat dimulai sekarang, melalui partisipasi kita dalam sakramen-sakramen (teristimewa Ekaristi); kehidupan doa kita; kegiatan membaca serta merenungkan firman Allah dalam Kitab Suci; dan berbagai kegiatan pelayanan-penuh-kasih kita kepada orang-orang lain (termasuk berbagai bentuk  evangelisasi, tentunya). Dengan membuat langkah-langkah sedemikian, kita sebenarnya menyiapkan hati kita untuk kedatangan hari mahapenting itu di mana Allah akan memanggil kita untuk datang menghadap-Nya dan hidup bersama-Nya.

Bagi orang-orang yang mengenal Yesus dan menjalani hidup Injili seturut jejak-Nya secara pribadi dan intim, maka kedatangan-Nya kembali akan merupakan suatu peristiwa yang indah-menakjubkan dan penuh sukacita. Kita akan begitu terserap ke dalam kasih-Nya dan tertangkap oleh pemenuhan harapan-harapan dan impian-impian kita, sehingga tentunya akan meninggalkan segalanya yang ada pada kita di belakang kita , dan kita pun akan berlari-lari untuk menyambut kedatangan-Nya.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, cepatlah datang. Aku sangat merindukan kedatangan-Mu. Aku tidak dapat menunggu untuk dapat bersama dengan-Mu, dan akhirnya memandang-Mu ‘muka ketemu muka’.  Amin.

Jakarta, 11 November 2021 [Peringatan Wajib S. Martinus dr Tours, Uskup]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MASA PENANTIAN DAN BERJAGA-JAGA

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU ADVEN I [Tahun B], 29 November 2020

Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu kapan saatnya tiba. Keadaannya  sama seperti seorang yang bepergian, yang meninggalkan rumahnya dan menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hambanya, masing-masing dengan tugasnya, dan memerintahkan penjaga pintu supaya berjaga-jaga. Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu kapan tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta, supaya kalau ia tiba-tiba datang jangan kamu didapatinya sedang tidur. Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah! (Mrk 13:33-37)

Bacaan Pertama: Yes 63:16b-17; 64:1,3b-8; Mazmur Tanggapan: Mzm 80:2ac-3b,15-16,18-19; Bacaan Kedua: 1Kor 1:3-9

Masa Adven adalah suatu masa sangat istimewa bagi umat Kristiani. Masa Adven adalah masa penantian dan berjaga-jaga. Seruan Yesus dalam Mrk 13 – bahwa kita harus berjaga-jaga dalam menantikan kedatangan-Nya – semakin diperkuat oleh fakta bahwa sekarang kita sedang memasuki suatu masa penuh rahmat yang dicurahkan dan mengalir dari takhta Allah. Sebagaimana seorang penjaga pintu tidak dapat terus berjaga-jaga sendiri untuk selamanya, maka kita juga membutuhkan pertolongan untuk tetap berjaga dalam menantikan kedatangan Tuhan kita.

Pada awal masa Adven ini, Gereja berseru kepada umatnya untuk menantikan dengan antisipasi besar kedatangan kembali Yesus Kristus yang ingin menarik kita kepada hati-Nya. Fokus kita untuk berada semakin dekat dengan Putera-Nya dan mempersiapkan hati kita untuk menyambut-Nya pada hari Natal sangatlah menyenangkan hati Allah.

Bagaimana seharusnya kita (anda dan saya) berjaga-jaga dalam menantikan Yesus? Bagaimana kita harus mempersiapkan masa Adven kita? Baiklah kita mengawalinya dengan suatu pemeriksaan jujur atas jalan kehidupan spiritual kita selama ini. Baiklah kita bertanya kepada Roh Kudus untuk menunjukkan rencana-rencana-Nya bagi kita dan memberikan bimbingan-bimbingan khusus terkait bagaimana kita dapat memenuhi panggilan-Nya. Apakah Dia minta kepada kita untuk pergi ke luar guna menemui dan melayani orang-orang lain yang juga warga komunitas kita? Apakah Dia memanggil kita untuk bergabung dengan saudari-saudara Kristiani lainnya dan berdoa bersama guna terciptanya pembaharuan dalam hidup menggereja? Apakah Dia mengundang kita untuk menyediakan lebih banyak waktu lagi untuk membaca dan merenungkan sabda Allah dalam Kitab Suci?

Apa pun yang diminta Allah dari kita, kita harus melakukannya, dan kita pun akan melihat perubahan-perubahan dalam hidup kita dan kehidupan dari mereka yang hidup di sekeliling kita. Marilah kita menjadi semakin dekat dengan Yesus dan memperbaharui komitmen pribadi kita masing-masing terhadap kehendak-Nya. Selagi kita mempersiapkan masa Adven ini dengan sebaik-baiknya, baiklah kita membuka diri kita bagi pelimpahan rahmat yang luarbiasa oleh Bapa surgawi, dan juga membuka diri bagi  Roh Kudus. Marilah kita juga jangan lupa untuk senantiasa berdoa dengan penuh pengharapan akan kedatangan kembali Yesus pada akhir zaman.

DOA: Bapa surgawi, utuslah Roh Kudus-Mu untuk memperbaharui Gereja-Mu. Semoga kami semua bertumbuh dalam iman, dalam kesetiaan dan dalam kesalehan selagi kami menjalani masa Adven tahun ini. Perbaharuilah kami semua dengan kuat-kuasa-Mu yang mahabesar. Amin.

Jakarta, 28 November 2020 [Peringatan Wajib S. Katarina dr Labouré, Perawan]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS