Tag Archives: SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS

BERPESTA DENGAN ROTI YANG TIDAK BERAGI

BERPESTA DENGAN ROTI YANG TIDAK BERAGI

(Bacaan Kedua Misa Kudus, HARI RAYA PASKAH KEBANGKITAN TUHAN – Minggu, 31 Maret 2024)

Tidak tahukah kamu bahwa sedikit ragi membuat seluruh adonan mengembang? Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebagaimana kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita, yaitu Kristus, juga telah disembelih. Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran. (1Kor 5:6b-8)

Bacaan Pertama: Kis 10:34a,37-43; Mazmur Tanggapan: Mzm 118:1-2,16ab-17,22-23; Bacaan Kedua  (alternatif): Kol 3:1-4; Bacaan Injil: Yoh 20:1-9

Betapa “exciting” kiranya apabila kita dapat mengembalikan sejarah dan hadir pada pagi hari Paskah yang pertama, ketika para rasul sampai ke kubur Yesus. Kita dapat ikut merasa terkejut dan heran seperti para rasul ketika mereka menyadari bahwa jenazah Yesus tidak dipindahkan oleh siapa pun, melainkan telah dibangkitkan oleh Bapa surgawi. Kita dapat mengalami juga sukacita para rasul selagi realitas-realitas indah mengendap dalam hati dan pikiran mereka – betapa Yesus mengasihi mereka; bagaimana Allah telah merencanakan segalanya sejak sediakala guna menebus kita oleh salib-Nya; bagaimana Iblis yang mengharapkan kematian-Nya sebagai kemenangannya malah pada kenyataannya telah dikalahkan oleh kematian-Nya. Kita dapat bersukacita karena semakin jelaslah bahwa di dalam Kristus setiap orang dapat diangkat dari dosa dan maut dan dibawa ke dalam Kerajaan Allah.

“Hari Raya Paskah Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus” adalah hari sukacita tertinggi dalam Gereja. Hari ini adalah hari kemenangan berjaya – hari dikalahkannya Iblis, dosa dan maut. Dalam Kristus, segala kegelapan yang selama ini telah memisahkan kita dari Allah telah dihancurkan. Surga dan bumi dipersatukan; ciptaan dan sang Pencipta kembali bersama; kutukan atas manusia telah dibatalkan; kita telah diperdamaikan dengan Allah.

Paulus menasihati jemaat di Korintus untuk merayakan kebangkitan Yesus, “bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran” (1Kor 5:8). Penggunaan imaji/gambaran “ragi” memang cocok untuk menggambarkan kehidupan-lama yang penuh dosa yang telah dihancurkan oleh Yesus. Seperti ragi, dosa cepat atau lambat akan merusak seluruh pribadi kita, yang menyebabkan kita menjadi angkuh …… sombong dlsb. Dosa begitu merembes dalam diri kita sehingga hanya Yesus – dengan kepenuhan kuasa Allah – yang dapat membuang dosa itu dari diri kita.

Pada hari ini kita semua bersukacita karena Yesus telah mati terhadap dosa dan sekarang telah bangkit ke dalam hidup baru. Yesus adalah “roti yang tidak beragi” dari Perjanjian Baru, dan dalam Dia, kita dibebaskan dari ragi kehidupan lama. Sekarang, dengan kuat-kuasa Roh Kudus, kita dapat menyerahkan hidup kita kepada-Nya dan dibebaskan dari kehidupan-lama yang dipenuhi dosa. Kristus telah menang-berjaya, dan dalam Dia kita adalah para pemenang! Marilah pada hari yang agung ini kita bersukacita dalam Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita! SELAMAT PASKAH !!!

DOA: Bapa surgawi, Allah yang Mahakuasa, Mahaperkasa  dan Maharahim. Pandanglah seluruh Gereja-Mu dengan penuh belas kasih. Bawalah keselamatan kekal kepada umat manusia, agar dunia dapat melihat “yang jatuh” dibangkitkan, “yang tua” dibuat baru, dan segala sesuatu dibawa kepada kesempurnaan, melalui Tuhan Yesus Kristus. Amin.

Jakarta, 30 Maret 2024 [TRI HARI SUCI PASKAH: SABTU SUCI]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MARI KITA RAYAKAN PESTA SANTO FILIPUS DAN YAKOBUS, RASUL

MARI KITA RAYAKAN PESTA SANTO FILIPUS DAN YAKOBUS, RASUL

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Pesta S. Filipus dan Yakobus, Rasul – Rabu, 3 Mei 2023)

Dan sekarang, Saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. Melalui Injil itu kamu diselamatkan, seperti yang telah kuberitakan kepadamu, asal kamu teguh berpegang padanya, kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya. Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. (1Kor 15:1-8)

Mazmur Tanggapan: Mzm 19:2-5; Bacaan Injil: Yoh 14:6-14

Filipus dan Yakobus (bukan anak Pak Zebedeus) bukanlah rasul-rasul yang menonjol sekali, namun kuasa kebangkitan Yesus telah mengubah mereka menjadi rasul-rasul yang penuh semangat, keberanian dan iman yang hidup akan Kristus. Pada akhirnya menjadi begitu yakin siapa Yesus itu sebenarnya sehingga dua-duanya mengalami kematian sebagai martir-martir Kristus yang sejati. Mengapa? Memang benar tidak ada  banyak bukti kuat tentang kedua orang ini, namun ada satu hal yang pasti: Selama tiga tahun mereka mengikuti sang Rabi dari Nazaret yang bernama Yesus, yang berkeliling dari satu tempat ke tempat lain mewartakan kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan.

Filipus dan Yakobus belajar banyak dari sang Guru, mereka menjadi saksi mata dari banyak penyembuhan, mukjizat dan tanda heran lain yang dibuat Yesus. Hidup dekat dengan Yesus selama tiga tahun tentunya mengubah hidup mereka secara luarbiasa. Mereka belajar dari tangan pertama tentang kebenaran-kebenaran yang tersembunyi dalam Kitab Suci. Hidup bersama Yesus mengakibatkan asumsi-asumsi awal mereka tentang banyak hal kehidupan ini menjadi tertantang dan mimpi-mimpi mereka pun tentang kehidupan surgawi yang kekal-abadi dan lain-lain hal yang ilahi menjadi terwujud dalam kenyataan.

Tadi saya katakan, bahwa mereka hidup bersama Yesus untuk kurun waktu yang cukup lama, namun semua itu belumlah cukup. Filipus dan Yakobus – bersama para rasul lain tentunya – masih tetap harus melakukan PR mereka dengan tekun dan serius. Bahkan setelah kenaikan Yesus ke surga dan mengutus Roh Kudus-Nya, para murid-Nya yang pertama ini tetap menggunakan waktu mereka – entah berapa lama – untuk membanding-bandingkan pengalaman mereka dengan pengajaran Yesus. Mereka mempelajari Kitab Suci Ibrani (= Perjanjian Lama = Perjanjian Pertama), dan memohon agar diberikan perwahyuan lebih lanjut dari Allah. Dan hasil dari semua kerja keras yang penuh ketekunan ini adalah bacaan di atas. Yang ditulis Paulus di sini adalah pengungkapan paling awal dari ajaran dasar Gereja, yaitu credo atau pernyataan iman pertama yang sampai hari ini diketahui: “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya….” (1Kor 15:3 dsj.).

Filipus dan Yakobus mengetahui sekali, bahwa dalam hidup ini tidak dimungkinkanlah untuk mempelajari dan mengetahui segalanya tentang Allah dan Yesus Kristus. Kebenaran ini juga berlaku bagi kita – manusia zaman modern ini. Oleh karena itu kita harus terus bersimpuh pada kaki Tuhan Yesus dan belajar dari Dia. Hanya Yesus-lah yang dapat memimpin kita kepada Bapa surgawi. Hanya Roh Kudus-Nya yang dapat menanamkan misteri-misteri iman yang besar dan agung ke dalam diri kita. Jadi, selalu ada saja yang harus kita pelajari, karena memang tidak ada akhir dari “eksperimen-eksperimen dalam iman” yang dapat kita lakukan. Orang yang disebut Santo atau Santa pun mengalami hal yang sama dalam perkembangan iman-kepercayaan mereka masing-masing.

Marilah setiap hari kita terus menggumuli sabda Allah yang terdapat dalam Kitab Suci. Marilah kita memohon kepada Roh Kudus agar membuka “kekayaan” Injil secara lebih penuh lagi. Selagi kita melakukan ini, maka kita pun akan bertumbuh dalam pemahaman kita, dan seperti kepada Filipus dahulu kita pun dapat mendengar Yesus bersabda kepada kita masing-masing: “Tidak percayakah engkau bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang tinggal di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya. Percayalah kepada-Ku bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada itu” (Yoh 14:10-12). Dengan demikian keefektifan kita di dalam dunia pun akan meningkat.

DOA: Terima kasih Tuhan Yesus Kristus untuk kehadiran-Mu yang terus-menerus tanpa henti. Pimpinlah aku agar menjadi lebih dekat lagi dengan Bapa surgawi. Biarlah Roh Kudus-Mu membentuk diriku senantiasa agar dapat mengalami dengan lebih mendalam segala perwahyuan, kebenaran dan pemahaman akan segalanya yang ilahi. Terpujilah nama Allah Tritunggal Mahakudus, Bapa dan Putera dan Roh Kudus, sekarang dan selamanya. Amin.

Jakarta, 2 Mei 2023 [PW S. Atanasius, Uskup Pujangga Gereja]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MEMPERSIAPKAN KEHIDUPAN YANG AKAN DATANG

MEMPERSIAPKAN KEHIDUPAN YANG AKAN DATANG

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXIII – Rabu, 7 September 2022)

Sekarang tentang orang-orang yang belum kawin. Untuk mereka aku tidak mendapat perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan pendapatku sebagai seorang yang dapat dipercayai karena rahmat Allah. Aku berpendapat bahwa, mengingat waktu darurat sekarang, baiklah bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya. Apakah engkau terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mengusahakan perceraian! Apakah engkau tidak terikat pada seorang perempuan? Jangan engkau mencari seorang! Tetapi, kalau engkau kawin, engkau tidak berdosa. Demikian pula, kalau seorang gadis kawin, ia tidak berbuat dosa. Tetapi orang-orang yang demikian akan ditimpa kesusahan badani dan aku mau menghindarkan kamu dari kesusahan itu. Saudara-saudara,, inilah yang kumaksudkan, yaitu: Waktunya telah singkat! Karena itu, dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristri harus berlaku seoalah-olah mereka tidak beristri; dan orang-orang yang yang menangis seolah-olah tidak menangis; dan orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli; pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu. (1Kor 7:25-31)

Mazmur Tanggapan: Mzm 45:11-12,14-17; Bacaan Injil: Luk 6:20-26

Dilihat secara sepintas lalu, Paulus kelihatannya mengungkapkan semacam ketidaksetujuannya terhadap perkawinan dan persetujuannya atas hidup wadat. Jika kita meneliti lebih lanjut, maka kita melihat bahwa Paulus sesungguhnya menasihati umat di Korintus untuk menghilangkan distraksi-distraksi duniawi dari kehidupan mereka agar supaya dapat mempersiapkan kehidupan yang akan datang. Paulus ingin agar orang-orang mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan Yesus untuk kedua kalinya, hari penghakiman. Karena tidak seorang pun mengetahui bilamana Yesus akan datang lagi, maka Paulus menasihati setiap orang untuk siap siaga sepanjang waktu.

Betapa mudahnya bagi kita untuk menjadi sibuk dalam kehidupan kita sehari-hari sehingga kita lupa panggilan kita yang benar. Kita tidak dipanggil sekadar untuk hidup baik dan bermoral; melainkan  juga telah dipanggil untuk menjadi kudus, dipisahkan oleh Tuhan (1Ptr 1:15-19). Orang-orang yang telah berhasil mengatasi pencobaan-pencobaan hidup ini mendapatkan hak untuk duduk bersama Yesus di takhta surgawi-Nya (Why 3:21).

Kita hanyalah para pengunjung di bumi ini. Kita memang tidak lama berdiam di bumi ini, namun hal itu sangatlah penting, karena di sinilah kita menentukan di mana kita akan berdiam secara kekal. Kita harus siap setiap saat karena kita tidak tahu kapan kita dipanggil untuk menghadap Yesus dan mempertanggungjawabkan hidup kita. Kita tidak dapat bersikap dan berperilaku seperti gadis-gadis bodoh dalam perumpamaan Yesus, yang tidak berada dalam keadaan siap pada saat mempelai laki-laki datang, dengan demikian mereka ditolak masuk ke ruang perjamuan kawin (Mat 25:1-13).

Kematian dan kebangkitan Yesus tidak hanya untuk menebus dosa-dosa kita dan merekonsiliasikan kita dengan Bapa surgawi, melainkan juga membuat kita menjadi saudari dan saudara dari Yesus, dan bersama-Nya menjadi para pewaris Kerajaan Allah (Rm 8:14-17). Kita dapat mulai hidup dalam Kerajaan itu di sini dan sekarang juga. Bagaimana caranya? Dengan mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita seraya menyerahkan hidup kita kepada-Nya secara penuh dan total. Marilah kita memohon kepada Roh Kudus untuk menyatakan Yesus kepada kita dan memberikan kesempatan kepada kita untuk sedikit mencicipi hidup kepenuhan dan sukacita yang menantikan kita di  surga.

DOA: Bapa surgawi, kami menyadari bahwa kami hanyalah para peziarah di atas bumi ini dan rumah kami yang sebenarnya adalah bersama Engkau di surga. Melalui Putera-Mu, Yesus Kristus, dan karya Roh Kudus, berikanlah kepada kami pandangan sekilas lintas bagaimana kiranya hidup bersama Engkau dalam Kerajaan Surga. Kami sungguh merindukan saat di mana kami akhirnya dapat datang ke rumah yang sebenarnya bersama Engkau. Amin.

Jakarta, 6 September 2022

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

ALLAH BERKENAN MENYELAMATKAN MEREKA YANG PERCAYA OLEH KEBODOHAN PEMBERITAAN INJIL

ALLAH BERKENAN MENYELAMATKAN MEREKA YANG PERCAYA OLEH KEBODOHAN PEMBERITAAN INJIL

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXI – Jumat, 26 Agustus 2022)

Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itu pun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia.

Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. Karena ada tertulis: “Aku akan membinasakan hikmat orang-orang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak akan Kulenyapkan.” Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan? Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmat, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil. Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: Untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang Yunani suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya daripada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat daripada manusia. (1Kor 1:17-25)

Mazmur Tanggapan: Mzm 33:1-2.4-5.10ab-11; Bacaan Injil: Mat 25:1-13

Memang cukup mengagetkanlah kenyataan, bahwa begitu banyak orang yang mendengar khotbah-khotbah Santo Paulus malah menolak pesan-pesannya. Atau apakah hal itu sesuatu yang mengagetkan dan tak disangka-sangka. Bagaimana pun juga, bukankah Injil atau Kabar Baik yang diberitakan oleh Paulus itu tidak sama dengan kebenaran lainnya yang dapat ditemukan dan dimengerti oleh hikmat manusia? Seseorang dapat bertanya dalam hatinya hal-hal seperti berikut: Mengapa Allah harus menjadi seorang rabi yang miskin dan berasal dari sebuah tempat kecil-kurang terkenal seperti Nazaret? Mengapa Dia membiarkan diri-Nya dihukum mati secara mengerikan di kayu salib, hanya untuk menyelamatkan aku? Bagaimana mungkin kita dikatakan diberkati, kalau pada kenyataannya kita menderita karena dikejar-kejar, dianiaya dan disiksa? Bagaimana mungkin kita harus mengampuni siapa saja yang bersalah kepada kita?

Pertanyaan-pertanyaan seperti di atas tadi sah-sah saja kalau ditanyakan seseorang karena semua mengerucut pada kenyataan, bahwa tanpa Roh Kudus Injil memang tidak masuk akal. Tidak ada seorang pun yang hanya memiliki “hikmat dunia” dapat memahami kebenaran-kebenaran ini atau sampai kepada suatu pengenalan akan Allah (1Kor 1:20-21). Tugas Roh Kudus lah untuk membuat jantung Injil menjadi terang dan masuk ke dalam wilayah pengalaman pribadi. Roh Kudus adalah “batu ujian” dari kasih ilahi yang membuat segala teka-teki kehidupan ini menjadi dapat diterima oleh akal manusia. Dia memimpin kita ke dalam hadirat seorang Bapa yang kasih-Nya begitu tanpa syarat, mampu mengubah dan membersihkan dan tidak dapat kita sangkal. Cobalah mengabaikan Roh Kudus, maka Injil terasa sangat tidak masuk akal atau tereduksi menjadi sederetan peraturan dan doktrin yang samasekali tidak mempunyai kuasa untuk mengubah kehidupan manusia.

Dunia kita sekarang memang dapat dikatakan sangat berbeda dengan dunia orang-orang di Korintus pada abad pertama, namun kita menghadapi tantangan mendasar yang sama dengan yang mereka hadapi di kala itu, yaitu: Bagaimana menghayati kehidupan Kristiani dengan mempertahankan integritas dalam sebuah dunia yang sedang merosot jatuh. Tidak ada jawaban atau rumusan baku dan mudah yang dapat menolong kita! Akan tetapi, kita dapat mengandalkan Roh Kudus untuk menolong kita, apabila kita menjaga agar hati kita tetap terbuka bagi-Nya. Roh Kudus  akan menolong kita untuk mengingat kembali dan memahami sabda-sabda Yesus dan karya-karya-Nya. Roh Kudus pula yang akan mengajar kita untuk menerapkan ke dalam situasi-situasi khusus kehidupan, segala pelajaran yang kita peroleh dari segala ajaran dan perbuatan Yesus tersebut. Lagipula, Roh Kudus akan memampukan kita untuk ‘meng-konek’ kita dengan Allah, …… berelasi dengan-Nya, sehingga “sabda Allah” dan “kuasa salib” menjadi suatu realita yang semakin mendalam dalam kehidupan kita.

DOA: Datanglah Roh Kudus, Engkau sendiri yang membawa kuasa Allah ke dalam hidupku. Melalui Engkau aku dapat berkata, ‘Yesus Kristus adalah Tuhan!’. Melalui Engkau aku memiliki hidup yang meluap-luap. Seturut rencana-Mu, penuhilah diriku dengan karunia-karunia-Mu, ya Roh Kudus, setiap hari dalam perjalanan hidupku di dunia ini. Amin.

Jakarta, 25 Agustus 2022 [Keluarga Fransiskan: Pw/Pesta S. Ludovikus IX]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

ADALAH SUATU PRIVILESE UNTUK MENJADI WARGA GEREJA YANG HIDUP

(Bacaan Kedua Misa Kudus, Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran – Selasa, 9 November 2021)

Kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.

Sesuai dengan anugerah Allah, yang diberikan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang terampil telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun diatasnya. Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.

Tidak tahukah kamu bahwa kamu sekalian adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu sekalian. (1Kor 3:9b-11,16-17)

Bacaan Pertama: Yeh 47:1-2,8-9,12; Mazmur Tanggapan: Mzm 46:2-3,5-6,8-9; Bacaan Injil: Yoh 2:13-22

Basilika Lateran menyandang gelar yang unik: “Ibu dan Kepala dari Segala Gereja di Roma dan di Dunia” karena di situlah tempat kedudukan Uskup Roma – Sri Paus – dan katedral dari keuskupan Roma. Basilika Lateran dibangun pada masa pemerintahan Kaisar Konstantinus di atas tanah yang dihibahkan oleh keluarga istrinya (permaisurinya) – keluarga Laterani – dan basilica kuno ini diberkati oleh Paus Silvester pada tanggal 9 November tahun 324.

Pada mulanya pesta ini bersifat lokal di Roma, namun sekarang peristiwa pemberkatan Basilika Lateran ini dirayakan di seluruh dunia sebagai suatu tanda bahwa Gereja universal dipersatukan di bawah bimbingan gembalanya di dunia, Sri Paus. Gereja termaksud terdiri dari orang-orang biasa seperti anda dan saya, yang dibangun atas dasar fondasi yang luar biasa, yaitu Yesus Kristus (lihat 1Kor 3:11) dan para rasul dan nabi (Ef 2:20), dan Gereja adalah “bangunan” Allah sendiri (1Kor 3:9). Gereja adalah jauh lebih dari sekadar sebuah struktur fisik. Gereja adalah berkumpulnya umat Allah, yang bersama-sama membentuk tempat kediaman Roh Kudus (1Kor 3:16).

Pope Francis celebrates the Eucharist during Mass at the Basilica of St. John Lateran in Rome April 7. The pope formally took possession of the basilica, his seat as bishop of Rome. (CNS photo/Paul Haring) (April 8, 2013) See POPE-LATERAN April 8, 2013.

Sekarang, sadarkah  kita masing-masing bahwa sungguh merupakan suatu privilese untuk menjadi seorang warga Gereja yang hidup, Tubuh Kritus? Sebagai orang-orang Kristiani yang terbaptis, kita telah diangkat menjadi anggota keluarga Allah. Seperti Petrus dan Maria Magdalena, seperti Paulus dan Lidia, kita masing-masing telah diberi amanat oleh Tuhan Yesus untuk pergi dan memproklamasikan Injil Yesus Kristus. Dipenuhi dengan kuat-kuasa Roh Kudus, kita masing-masing telah diberdayakan untuk menemui orang-orang di sekeliling kita dan turut serta dalam pembangunan Kerajaan Allah di atas bumi ini.

Allah ingin mengatakan kepada kita bahwa para misionaris yang membangun sebuah sekolah bagi para penduduk desa yang miskin di Etiopia, anggota lingkungan kita yang bekerja sebagai katekis di paroki (walaupun dia bukan lulusan Unika Atma Jaya), para kardinal yang melayani di Curia, jutaan perempuan dan laki-laki yang  dengan khusyuk menghadap Allah dalam perayaan Ekaristi setiap hari Minggu dalam keuskupan-keuskupan di seluruh dunia – semua adalah anggota-anggota yang setara dalam Gereja Universal. Dari yang paling rendah tak dikenal sampai dengan yang paling tinggi dengan nama terkenal telah dipanggil untuk memainkan peran istimewa dalam misi Allah. Diberdayakan oleh Roh Kudus untuk menjadi saksi-saksi Kristus, marilah kita tetap setia kepada panggilan kita.

DOA: Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau telah membuat kami batu-batu hidup dalam Gereja-Mu, tempat kediaman Roh-Mu sendiri. Persatukanlah kami dalam Putera-Mu terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus, sehingga dengan demikian kami dapat dengan efektif menjadi saksi-saksi kasi-Mu dan belas kasih-Mu di tengah dunia dewasa ini. Amin.

Jakarta, 8 November 2021

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PESTA KITA HARI INI BUKANLAH SEKADAR TENTANG MARIA

(Bacaan Kedua Misa Kudus, HARI RAYA SP MARIA DIANGKAT KE SURGA – Minggu, 15 Agustus 2021)

Tetapi yang benar ialah bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya. Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut. (1Kor 15:20-26)

Bacaan Pertama: Why 11:19a;12:1,3-6a,10ab; Mazmur Tanggapan: Mzm 45:10bc,11-12ab; Bacaan Injil: Luk 1:39-56

“Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.” (1Kor 15:22)

Maria memainkan peranan yang istimewa dalam dunia Kekristenan (Kristiani): Ia adalah orang pertama yang menerima buah-buah penuh dari penebusan Yesus dan  sekarang memberi pertanda akan kemuliaan yang akan datang seperti yang diharap-harapkan. Maria dibuat menjadi hidup dalam Kristus di dunia, lalu dia mengalami kebangkitan ke kehidupan baru dengan tubuh yang dimuliakan – sesuatu yang menantikan kita masing-masing sebagai anak-anak Allah.

Kenaikan Maria ke surga dapat memberikan pengharapan yang sungguh luarbiasa kepada kita. Maria menunjukkan bahwa Yesus datang ke dunia bukan hanya untuk mengampuni dosa-dosa kita melainkan juga untuk memulihkan kita, membawa kita kepada kemuliaan surgawi (Ibr 2:10). Sebagai anak-anak Allah, kita telah “ditakdirkan” untuk mengalami tidak kurang dari kemuliaan surgawi. Yesus ingin agar kita mengatasi dosa karena Dia ingin kita berada bersama-Nya untuk selamanya dalam kemuliaan (1Tes 4:17).

“Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya” (Rm 6:5). Kebangkitan kepada hidup baru adalah kepenuhan keselamatan yang sekarang kita miliki sebagian saja. Keselamatan kita tidak hanya terbatas pada dunia ini: Kita akan digabungkan dengan Yesus selama-lamanya dalam kekekalan. Dengan Maria, kita juga “ditakdirkan” untuk melihat “keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya” (Why 12:10). Dan ketika melakukannya, maka kita akan mampu untuk melihat ke belakang ke seluruh hidup kita, dan merasa kagum atas segala cara tersembunyi dengan mana Allah bekerja dalam diri kita, mempersiapkan kita untuk menerima warisan surgawi kita.

Rencana-rencana Allah sungguh mengagumkan! Juga betapa mengagumkan bahwa Allah memberikan kepada kita suatu contoh seperti Maria untuk menunjukkan apa yang Dia ingin berikan kepada kita. Jadi, pesta hari ini bukanlah hanya tentang Maria, melainkan tentang kita semua dan pengharapan kita untuk ikut ambil bagian bersama Maria dalam kemuliaan dari kebangkitan.

Catatan tentang Hari Raya ini: Menurut MAWI (sekarang KWI) 1972, “Hari Raya Maria Diangkat ke Surga” (tanggal sebenarnya adalah 15 Agustus) dapat dipindahkan ke Hari Minggu terdekat.

DOA: Allah Yang Mahakuasa, betapa mengagumkan rencana penyelamatan-Mu – betapa jauh melampaui apa saja yang aku dapat minta atau bayangkan! Engkau telah membuat diriku sebagai anak-Mu sendiri, dan Engkau rindu agar diriku sepenuhnya bersatu dengan Engkau di surga. Segala pujian dan kemuliaan bagi-Mu, ya Allahku. Amin.

Jakarta, 14 Agustus 2021 [Peringatan Wajib S. Maksimilianus Maria Kolbe, Imam Martir]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

TRADISI GEREJAWI YANG SUDAH ADA SEJAK AWAL

 (Bacaan Kedua Misa pada PENGENANGAN ARWAH SEMUA ORANG BERIMAN – Senin, 2 November 2020)

Tetapi yang benar ialah bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya. Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut. Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya. Tetapi kalau dikatakan bahwa “segala sesuatu telah ditaklukkan”, maka teranglah bahwa Ia sendiri yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus itu tidak termasuk di dalamnya. Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.  (1Kor 15:20-24a,25-28, khususnya ayat-ayat 20-28)

Bacaan Pertama: 2Mak 12:43-46; Mazmur Tanggapan: Mzm 130:1-8; Bacaan Injil: Yoh 6:37-40

“Pengenangan Arwah Semua Orang Beriman” mengingatkan kita bahwa setiap orang Kristiani ikut ambil bagian dalam kemenangan Yesus atas maut. Kenyataan bahwa kita pada suatu hari kelak akan bergabung dalam perkumpulan mereka yang sudah mati mendahului kita seharusnya tidak membuat kita takut dan gentar, karena kita tahu – dalam iman – bahwa sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus (1Kor 15:22).

Allah tidak meninggalkan kita berjalan tanpa arah di dunia ini, tanpa pengharapan atau tujuan. Ia menciptakan kita demi suatu tujuan yang jauh lebih besar daripada yang biasa kita anggap dalam keterbatasan kita sebagai makhluk yang hidup di dunia ini. Kita tidak hanya akan hidup kembali, pada akhir zaman kita akan melihat pernyataan penuh dari kemuliaan Allah Bapa. Walaupun penebusan kita telah dicapai di atas kayu salib, pada hari besar tatkala Yesus “menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa,” kemenangan-Nya akan sepenuhnya dinyatakan (1Kor 15:24). Dosa, penderitaan dan maut – “musuh yang terakhir” – akan dibinasakan (Lihat 1Kor 15:26). Segala sesuatu yang menyusahkan, membuat bingung, atau hal-hal yang telah menggoda kita sekarang akan dibuang jauh-jauh, supaya Allah menjadi semua di dalam semua (1Kor 15:28).

Bahkan sekarang pun, selagi kita merindukan pemenuhan rencana Allah, kita dapat dipenuhi dengan pengharapan akan suatu kehidupan penuh sukacita di hadapan hadirat Allah. Pengharapan inilah yang memberi kita keyakinan untuk berdoa bagi arwah semua orang beriman, sebagaimana para anggota Gereja telah melakukannya sejak awal-awal sejarahnya.  Dalam kepercayaan penuh pada  belaskasih/kerahiman Allah, kita berdoa agar mereka yang telah meninggal dunia dalam ketidaksempurnaan dapat dimurnikan secara lebih dalam lagi dan dibuat siap untuk berjumpa dengan sang Mempelai Laki-laki – untuk melihat Allah muka ketemu muka.

Mendoakan mereka yang telah mendahului kita sudah ada dalam tradisi Gereja sejak awal. Salah contoh adalah doa dari Sirilus (315-386), uskup Yerusalem. Beliau mendoakan orang-orang yang telah mendahuluinya, teristimewa dalam perayaan Ekaristi. Doa syafaat seperti ini mungkin dilakukan karena ada kebersatuan antara semua orang beriman milik Kristus dengan Kristus sendiri, suatu persatuan yang tidak dapat dipatahkan,  bahkan oleh kematian sekali pun.

DOA: Bapa surgawi, Engkau adalah sumber kehidupan segala makhluk. Iman-kepercayaan kami telah Kauteguhkan dengan kebangkitan Putera-Mu dari antara orang mati. Teguhkanlah juga pengharapan kami dalam menantikan kebangkitan para hamba-Mu. Amin.

Jakarta, 1 November 2020 [HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

DIRI KITA HARUS MENJADI BAIT ALLAH YANG SEJATI DAN HIDUP

(Bacaan Kedua Misa Kudus, Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran – Sabtu, 9 November 2019) 

Kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.

Sesuai dengan anugerah Allah, yang diberikan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang terampil telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun diatasnya. Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.

Tidak tahukah kamu bahwa kamu sekalian adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu sekalian. (1Kor 3:9b-11,16-17) 

Bacaan Pertama: Yeh 47:1-2,8-9,12; Mazmur Tanggapan: Mzm 46:2-3,5-6,8-9; Bacaan Injil: Yoh 2:13-22

Setiap  bangunan gereja adalah sebuah simbol, lambang, sebuah pesan yang disusun dalam bentuk batu-batu, yang menunjuk kepada realitas-realitas spiritual. Pada hari ini Gereja Katolik Roma merayakan dedikasi/pemberkatan sebuah bangunan gereja istimewa, gereja basilik Santo Yohanes Lateran, gereja katedral untuk keuskupan Roma.

Gereja ini adalah sumbangan Kaisar Konstantinus Agung dan didedikasikan pada tanggal 9 November 324. Sampai hari ini gereja Yohanes Lateran tetap berfungsi sebagai gereja katedral Paus dalam kapasitasnya sebagai uskup Roma. Gereja ini melambangkan kesatuan Sri Paus dengan umat di sekelilingnya (yang terdekat) dan juga dengan semua orang Kristiani yang berada dalam persekutuan dengan dirinya di seluruh dunia. Dengan demikian, kita (anda dan saya) merayakan pesta ini bukanlah sebagai pengamat dari luar, melainkan sebagai anggota-anggota dari Tubuh yang satu, yang dipersatukan oleh Roh Kudus dan dipanggil kepada suatu hidup kekudusan.

Berkomentar atas peranan kita sebagai anggota-anggota Gereja Kristus, Santo Caesarius dari Arles (c.470-542) mengatakan sebagai berikut:

“Kita … harus menjadi bait Allah yang sejati dan hidup … Pada saat kelahiran kita yang pertama, kita adalah bejana-bejana kutukan Allah; dilahirkan kembali, kita menjadi bejana-bejana belas kasih-Nya. Kelahiran kita yang pertama membawa kematian bagi kita, sedangkan kelahiran kita yang kedua memulihkan diri kita kepada kehidupan.

Saudari-Saudaraku umat Kristiani, apakah kita ingin merayakan dengan penuh sukacita kelahiran bait ini? Maka marilah kita tidak merusak bait Allah yang hidup dalam diri kita oleh kerja kejahatan … Manakala kita datang ke gereja, kita harus menyiapkan hati kita agar menjadi seindah harapan kita atas gereja tersebut. Apakah anda menginginkan agar basilika ini sungguh bersih tanpa noda? Kalau begitu, janganlah mengotori jiwa anda dengan noda-noda dosa. Apakah anda menginginkan basilika dipenuhi terang cahaya? Allah pun menginginkan agar jiwa anda tidak berada dalam kegelapan, tetapi terang pekerjaan-pekerjaan baik bercahaya dalam diri kita, agar dengan demikian Ia yang berdiam dalam surga akan dimuliakan. Sama seperti anda memasuki bangunan gereja ini, demikian pula Allah ingin masuk ke dalam jiwa anda” (Sermon, 229).

DOA: Bapa surgawi, Engkau telah mengundang keluarga umat manusia untuk bergabung dalam kawanan-Mu, Gereja. Engkau telah membuat kami masing-masing menjadi bait-Mu dan mengutus Roh Kudus-Mu untuk berdiam dalam diri kami (1Kor 3:16). Kami memuji Engkau untuk semua perbuatan kasih-Mu, dan kami mohon Engkau melanjutkan pencurahan rahmat-Mu ke atas umat-Mu dan memberkati Bapa Suci, yang telah Engkau panggil untuk menjadi pengurus/penjaga “bangunan” (1Kor 3:9). Amin.

Jakarta, November 2019 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS