Tag Archives: PERUMPAMAAN TENTANG UANG MINA

INILAH MASA BAGI KITA UNTUK SETIA DALAM HAL-HAL KECIL

INILAH MASA BAGI KITA UNTUK SETIA DALAM HAL-HAL KECIL

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pw S. Sisilia, Perawan Martir – Rabu, 22 November 2023)

Sementara mereka mendengarkan hal-hal itu, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan. Lalu Ia berkata, “Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali. Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali. Akan tetapi, orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami. Setelah dinobatkan menjadi raja, ketika ia kembali ia menyuruh memanggil hamba-hambanya yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing. Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam hal yang sangat kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota. Lalu hamba yang lain datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan. Sebab aku takut kepada Tuan, karena Tuan orang yang kejam; Tuan mengambil apa yang tidak pernah Tuan taruh dan Tuan menuai apa yang tidak Tuan tabur. Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri. Engkau  sudah tahu bahwa  aku orang yang keras yang mengambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku tabur. Jika demikian, mengapa uangku itu tidak kau kaumasukkan ke bank (catatan: orang yang menjalankan uang)? Jadi, pada waktu aku kembali, aku dapat mengambilnya dengan bunganya. Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu itu dari dia dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu. Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah mempunyai supuluh mina. Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, juga apa yang ada padanya akan diambil. Akan tetapi, semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.”

Setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. (Luk 19:11-28)

Bacaan Pertama: 2Mak 7:1,20-31; Mazmur Tanggapan: Mzm 17:1,5-6,8b,15

Perayaan Paskah sudah semakin mendekat. Kota Yerikho dipadati oleh kelompok-kelompok peziarah yang sedang menuju ke kota suci Yerusalem untuk merayakan Paskah – peringatan peristiwa pembebasan bangsa Yahudi dari tanah Mesir. Setiap orang berpikir inilah saatnya bagi Yesus untuk berjaya, dan Kerajaan Allah akan segera kelihatan … Dalam waktu singkat, di dekat pintu gerbang Yerusalem, mungkin hanya beberapa jam lagi, mereka akan mengelu-elukan sang “Putera Daud” sambil melambai-lambaikan daun palma (baca Luk 19:28 dsj.).

Sekitar sepuluh hari kemudian, dua orang murid dalam perjalanan menuju Emmaus akan mengungkapkan kekecewaan mereka dengan kata-kata berikut ini: “Padahal kami dahulu mengharapkan bahwa Dialah yang akan membebaskan bangsa Israel”(Luk 24:21), dan lima puluh hari kemudian, para rasul-Nya masih saja bertanya kepada-Nya: “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?”(Kis 1:6).

Pada masa itu, sewaktu Santo Lukas menulis Injilnya, banyak peragu masih saja mempertanyakan dengan nada menghina: “Di mana janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapak-bapak leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan”(2Ptr 3:4).

Memang kelihatannya Allah seakan-akan membuat umat-Nya menanti dan menanti. Kita memang tidak banyak menyaksikan kemegahan Kerajaan-Nya! Sebenarnya Yesus telah memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dari mereka yang ragu-ragu itu. Di manakah kita dapat memperoleh jawaban Yesus itu? Dalam ‘perumpamaan tentang uang mina’! …… “Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali. Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali” (Luk 19:12-13).

Orang-orang Yahudi pada zaman Yesus itu mengharapkan kedatangan sebuah Kerajaan, yang akan langsung diwujudkan di atas bumi ini. Yesus mencoba menjelaskan kepada mereka bahwa sebelum Kerajaan itu diwujud-nyatakan, akan ada semacam penundaan, dan selama masa penundaan itu Ia mempercayakan tugas serta tanggung jawab yang menyertai tugas itu kepada kita – para murid-Nya – yang hidup di atas bumi ini. Kurun waktu di dalam mana kita hidup bukanlah untuk “bermimpi”, melainkan untuk “bekerja”, melakukan pekerjaan yang akan “berbuah”. “Akan tetapi, orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami”  (Luk 19:14). Orang-orang yang hidup pada zaman Yesus sebenarnya mengharap-harapkan kedatangan sebuah Kerajaan yang penuh kemuliaan, sebuah Kerajaan yang berjaya dan mampu mengalahkan bangsa-bangsa lain. Yesus ingin para murid-Nya memahami, bahwa peresmian atau inaugurasi dari Kerajaan-Nya akan didahului dengan sebuah pemberontakan – katakanlah ‘revolusi’ – melawan “RAJA” ini. Beribu-ribu tahun telah lewat, namun masih saja terngiang-ngiang di telinga kita (umat Kristiani yang hidup di abad ke-21 ini) apa saja yang diteriakkan dengan penuh kebencian oleh sebagian besar bangsa pilihan Allah: “Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas bagi kami! …… Salibkan Dia! Salibkan Dia!”(Luk 23:18,21).

Sengsara Yesus …… Sengsara Allah karena ditolak oleh umat-Nya sendiri, adalah sebuah peristiwa sejarah yang sangat mengganggu nurani setiap insan yang normal. Yesus mempermaklumkan hal tersebut …… Ini adalah sebuah fenomena aktual – sebuah peristiwa dalam setiap zaman.

Di samping itu, Yesus sebenarnya membuat allusi pada suatu peristiwa historis yang baru saja terjadi sebelumnya: Arkhelaus (anak raja Herodes; lihat Mat 2:22) di mana kota Yerikho berada dalam kekuasaannya – pergi ke Roma untuk meminta gelar “Raja” dari Kaisar Agustus – namun sebuah delegasi yang terdiri dari 50 pemimpin Yahudi mengusahakan agar permohonan tersebut ditolak.

“Setelah dinobatkan menjadi raja, ketika ia kembali ia menyuruh memanggil hamba-hambanya yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing” (Luk 19:15). Mulai dari titik ini dalam ‘perumpamaan tentang uang mina’ ini, kita dapat merasakan adanya keserupaan narasi antara perumpamaan ini dengan ‘perumpamaan tentang talenta’ yang hanya terdapat dalam Injil Matius (Mat 25:14-30), dan dalam suatu konteks eskatologis yang serupa. Jangka waktu yang mendahului “Kerajaan Allah yang terlihat” adalah suatu masa di mana Allah sudah memerintah/meraja, namun belum kelihatan secara kasat mata. Ini adalah masa pengejaran dan penganiayaan. Ini adalah masa di mana iman umat diuji, …… masa untuk bertekun. Ini adalah masa untuk bekerja bagi Allah: “apa saja yang telah dipercayakan Allah kepada seorang pribadi manusia haruslah berbuah” …… Ini adalah masa bagi kita untuk setia “dalam hal-hal kecil” (Luk 16:10) sampai saat di mana Allah mempercayakan kepada kita masing-masing dengan tugas dan tanggung jawab yang lebih penting: hamba yang berhasil mengelola uang mina diberikan kekuasaan untuk memerintah kota-kota. Ini adalah masa Gereja …… Ini adalah HARI INI.

DOA: Bapa surgawi, banyak orang di segala zaman mengalami pengejaran dan penganiayaan karena iman mereka kepada-Mu dalam Yesus Kristus. Bila hal sedemikian terjadi atas diri kami, berikanlah kepada kami keberanian untuk tetap berpegang pada kebenaran-Mu – bahkan sampai mati sekali pun. Amin.

Jakarta, 21 November 2023 [Pw SP Maria Dipersembahkan kepada Allah]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

BAIK SEKALI PERBUATANMU ITU, HAI HAMBA YANG BAIK

(Bacaan Injil Misa Kudus,  – PW S. Elisabet dr Hungaria, Ratu – Pelindung OFS –  Rabu, 17 November 2021)

Keluarga Besar Fransiskan: Pesta S. Elisabet dr Hungaria

FSE [Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabet]: HR S. Elisabet dr Hungaria,  Pelindung Tarekat

Sementara mereka mendengarkan hal-hal itu, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan. Lalu Ia berkata, “Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali. Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali. Akan tetapi, orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami. Setelah dinobatkan menjadi raja, ketika ia kembali ia menyuruh memanggil hamba-hambanya yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing. Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam hal yang sangat kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota. Lalu hamba yang lain datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan. Sebab aku takut kepada Tuan, karena Tuan orang yang kejam; Tuan mengambil apa yang tidak pernah Tuan taruh dan Tuan menuai apa yang tidak Tuan tabur. Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri. Engkau  sudah tahu bahwa  aku orang yang keras yang mengambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku tabur. Jika demikian, mengapa uangku itu tidak kau kaumasukkan ke bank (orang yang menjalankan uang)? Jadi, pada waktu aku kembali, aku dapat mengambilnya dengan bunganya. Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu itu dari dia dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu. Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah mempunyai supuluh mina. Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, juga apa yang ada padanya akan diambil. Akan tetapi, semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.”

Setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. (Luk 19:11-28)

Bacaan Pertama: 2Mak 7:1,20-31; Mazmur Tanggapan: Mzm 17:1,5-6,8b,15

Perumpamaan Yesus tentang uang mina ini dapat dikatakan merupakan versi Lukas dari “Perumpamaan tentang Talenta” karena serupa (tetapi tak sama) dengan yang  terdapat dalam Injil Matius (Mat 25:14-30). Di sini, Yesus sebenarnya membuat allusi pada suatu peristiwa historis yang baru saja terjadi sebelumnya: Arkhelaus (anak raja Herodes; lihat Mat 2:22) di mana kota Yerikho berada dalam kekuasaannya – pergi ke Roma untuk meminta gelar “Raja” dari Kaisar Agustus – namun sebuah delegasi yang terdiri dari 50 pemimpin Yahudi mengusahakan agar permohonan tersebut ditolak.

Sebenarnya terdapat beberapa macam orang. Mayoritas adalah mereka yang menolak orang yang telah dikirim sebagai raja mereka. Dengan menolak sang raja, mereka memilih kematian ketimbang kehidupan, kegelapan ketimbang terang. Sebagai akibat pilihan mereka, “nasib buruk” mereka tidak dapat dihindari (lihat  Luk 19:27).

Kemudian ada sepuluh orang hamba dari sang bangsawan, yang mewakili macam orang lainnya. Kepada mereka diberikan sepuluh mina sebagai modal dagang sampai sang bangsawan itu kembali sebagai raja, masing-masing satu mina.

“Setelah dinobatkan menjadi raja, ketika ia kembali ia menyuruh memanggil hamba-hambanya yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing” (Luk 19:15). Pada waktu kembali sebagai raja, ada seorang hamba yang melapor bahwa dirinya berhasil melipat-gandakan modal yang satu mina itu menjadi sepuluh mina. Ada pula hamba yang berhasil datang dengan lima mina. Kepada hamba yang pertama sang raja memberi ganjaran berupa kekuasaan atas sepuluh kota, sedangkan kepada hamba yang kedua berupa kekuasaan atas lima kota.

Hamba yang ketiga – dengan berbagai alasan – menyimpan mina-nya dalam sapu tangan sehingga tidak membuat mina itu produktif/berbuah. Hal ini membuat sang raja marah dan memerintahkan untuk memberikan satu mina itu kepada hamba yang pertama. “Ambillah mina yang satu itu dari dia dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu”  (Luk 19:25).

Kita (anda dan saya) – yang mengakui bahwa Yesus adalah Raja kita – masing-masing telah dipercayakan dengan suatu/beberapa karunia/anugerah/talenta. Jelaslah bahwa karunia/anugerah/talenta tersebut bukan untuk diri kita sendiri, melainkan untuk digunakan untuk membangun Kerajaan Allah, yaitu Kerajaan kasih, keadilan dan damai sejahtera (1Kor:12:7 dsj.). Namun demikian, selalu ada orang yang pada dasarnya “mau menyelamatkan nyawanya”, dan ia akan kehilangan nyawanya (Luk 9:24). Hanya dengan “menginventasikan” karunia/anugerah/talenta yang ada pada kita masing-masing dalam  dan bagi sesama kita sajalah maka kita akan menjadi OK.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, tolonglah aku agar dapat mengidentikasi secara jelas berbagai karunia/anugerah/talenta yang telah Engkau berikan kepadaku untuk di-sharing-kan dengan orang-orang lain. Ajarlah aku agar mau dan mau menginvestasikan berbagai karunia/anugerah/talenta yang ada padaku dengan baik, sehingga pada akhirnya aku pun dapat mendengar kata-kata-Mu yang indah: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam hal yang sangat kecil”. Amin.

Catatan: Untuk lebih mengenal S. Elisabet dr Hungaria, bacalah tulisan-tulisan tentang  orang kudus ini yang terdapat dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: ORANG-ORANG KUDUS FRANSISKAN.

Jakarta, 16 November 2021 [Peringatan Fakultatif S. Margarita dr Skotlandia; Peringatan Fakultatif S. Gertrudis, Perawan]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PERUMPAMAAN YESUS TENTANG UANG MINA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXIII – Rabu, 18 November 2020)

Peringatan Fakultatif Pemberkatan Gereja-gereja Basilik S. Petrus dan Paulus, Rasul

OSCCap.: Peringatan Fakultatif B. Salomea, Perawan

Sementara mereka mendengarkan hal-hal itu, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan. Lalu Ia berkata, “Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali. Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali. Akan tetapi, orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami. Setelah dinobatkan menjadi raja, ketika ia kembali ia menyuruh memanggil hamba-hambanya yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing. Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam hal yang sangat kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota. Lalu hamba yang lain datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan. Sebab aku takut kepada Tuan, karena Tuan orang yang kejam; Tuan mengambil apa yang tidak pernah Tuan taruh dan Tuan menuai apa yang tidak Tuan tabur. Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri. Engkau  sudah tahu bahwa  aku orang yang keras yang mengambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku tabur. Jika demikian, mengapa uangku itu tidak kau kaumasukkan ke bank (orang yang menjalankan uang)? Jadi, pada waktu aku kembali, aku dapat mengambilnya dengan bunganya. Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu itu dari dia dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu. Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah mempunyai supuluh mina. Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, juga apa yang ada padanya akan diambil. Akan tetapi, semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.”

Setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. (Luk 19:11-28)

Bacaan Pertama: Why 4:1-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 150:1-6

Apabila seseorang bertanya kepada anda pada hari ini, “Apakah anda pikir anda adalah orang yang paling penting di dunia pada hari ini?”, apakah jawaban anda? Sebagian besar orang tentunya akan menjawab, “Tidak!”

Tidakkah anda menyadari bahwa Yesus dalam bacaan Injil hari ini berkata: “Anda salah, sahabat-Ku. Anda sangat salah!” Tidakkah anda mengetahui bahwa di mana-mana dalam Kitab Suci, teristimewa dalam keempat kitab Injil, Tuhan Yesus terus mengatakan bahwa masing-masing kita adalah seorang pribadi yang penting di mata-Nya.

Inilah pesan dari perumpamaan Yesus pada hari ini: Orang yang menyimpan uang mina dalam sapu tangan terlalu memandang rendah dirinya sendiri. Seakan-akan ia mengatakan, “Setiap orang mengetahui bahwa diriku tidaklah penting, jadi apa artinya dengan sedikit talenta yang kumiliki? Biarlah orang-orang pintar itu yang menjalankan dunia kalau mereka merasa mampu melakukannya. Bakat-bakat yang kumiliki tidak pantaslah untuk diperhitungkan.”

Dan Yesus mengatakan dalam perumpamaan, “Tuhan tidak dapat dikecohkan dengan hal itu. Dia mengetahui sekali apa yang anda dapat atau tidak dapat lakukan. Ada banyak hal yang anda dapat lakukan dengan talenta-talenta yang diberikan Allah kepada anda, dan jangan coba untuk menipu diri anda sendiri. Kita tidak dapat membodohi Allah, sebab itu mengapa kita harus membodohi diri kita sendiri? Apalagi kita juga mengetahui bahwa akan meminta pertanggungan-jawaban dari kita sehubungan dengan bagaimana caranya kita menggunakan setiap anugerah-Nya kepada kita masing-masing.

Barangkali kita berpikir bahwa diri kita tidak penting karena kita tidak yakin apa yang sebenarnya penting. Oleh karena itu, marilah kita menghadap Pribadi yang paling penting dalam sejarah. Marilah kita bertanya kepada-Nya apakah yang harus kita lakukan untuk menjadi seorang pribadi yang sungguh-sungguh penting.

Pribadi yang paling penting itu adalah Yesus, dan ia bersabda: “Siapa saja yang terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu”  (Mat 23:11). Yang dimaksudkan Yesus di sini adalah: “Apa yang anda lakukan demi cintakasih kepada Allah dan sesamamu, itulah yang sungguh penting.”

DOA: Bapa surgawi, Engkaulah Allah, Pencipta langit dan bumi. Engkau telah membuat kami menjadi anak-anak-Mu dan juga saudari-saudara dari Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami. Apa lagi yang dibutuhkan oleh kami? Menjadi anak-anak-Mu dan saudari-saudara Yesus Kristus sudah cukuplah untuk membuat diri kami masing-masing merasa penting. Ajarlah kami untuk hidup sebagai anak-anak-Mu yang sejati, yang mengakui pentingnya diri kami sebagai anggota-anggota keluarga-Mu. Amin.

Jakarta, 17 November 2020 [Pesta S. Elisabet dari Hungaria, Ratu]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

APA SAJA YANG DIPERCAYAKAN OLEH ALLAH KEPADA SEORANG PRIBADI MANUSIA HARUSLAH BERBUAH

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXIII – Rabu, 20 November 2019)

FMM: Peringatan Fakultatif S. Agnes dr Assisi – Pelindung Pra-Novis FMM

Sementara mereka mendengarkan hal-hal itu, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan. Lalu Ia berkata, “Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali. Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali. Akan tetapi, orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami. Setelah dinobatkan menjadi raja, ketika ia kembali ia menyuruh memanggil hamba-hambanya yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing. Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam hal yang sangat kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota. Lalu hamba yang lain datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan. Sebab aku takut kepada Tuan, karena Tuan orang yang kejam; Tuan mengambil apa yang tidak pernah Tuan taruh dan Tuan menuai apa yang tidak Tuan tabur. Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri. Engkau  sudah tahu bahwa  aku orang yang keras yang mengambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku tabur. Jika demikian, mengapa uangku itu tidak kau kaumasukkan ke bank (catatan: orang yang menjalankan uang)? Jadi, pada waktu aku kembali, aku dapat mengambilnya dengan bunganya. Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu itu dari dia dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu. Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah mempunyai supuluh mina. Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, juga apa yang ada padanya akan diambil. Akan tetapi, semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.”

Setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. (Luk 19:11-28)

Bacaan Pertama: 2Mak 7:1,20-31; Mazmur Tanggapan: Mzm 17:1,5-6,8b,15

zakheus-004Perayaan Paskah sudah semakin mendekat. Kota Yerikho dipadati oleh kelompok-kelompok peziarah yang sedang menuju ke kota suci Yerusalem untuk merayakan Paskah – peringatan peristiwa pembebasan bangsa Yahudi dari tanah Mesir. Setiap orang berpikir inilah saatnya bagi Yesus untuk berjaya, dan Kerajaan Allah akan segera kelihatan … Dalam waktu singkat, di dekat pintu gerbang Yerusalem, mungkin hanya beberapa jam lagi, mereka akan mengelu-elukan sang “Putera Daud” sambil melambai-lambaikan daun palma (baca Luk 19:28 dsj.).

Sekitar sepuluh hari kemudian, dua orang murid dalam perjalanan menuju Emmaus akan mengungkapkan kekecewaan mereka dengan kata-kata berikut ini: “Padahal kami dahulu mengharapkan bahwa Dialah yang akan membebaskan bangsa Israel” (Luk 24:21), dan lima puluh hari kemudian, para rasul-Nya masih saja bertanya kepada-Nya: “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” (Kis 1:6).

Pada masa itu, sewaktu Santo Lukas menulis Injilnya, banyak peragu masih saja mempertanyakan dengan nada menghina: “Di mana janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapak-bapak leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan” (2Ptr 3:4).

Memang kelihatannya Allah seakan-akan membuat umat-Nya menanti dan menanti. Kita memang tidak banyak menyaksikan kemegahan Kerajaan-Nya! Sebenarnya Yesus telah memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dari mereka yang ragu-ragu itu. Di manakah kita dapat memperoleh jawaban Yesus itu? Dalam ‘perumpamaan tentang uang mina’! …… “Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali. Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali” (Luk 19:12-13).

Orang-orang Yahudi pada zaman Yesus itu mengharapkan kedatangan sebuah Kerajaan, yang akan langsung diwujudkan di atas bumi ini. Yesus mencoba menjelaskan kepada mereka bahwa sebelum Kerajaan itu diwujud-nyatakan, akan akan semacam penundaan, dan selama masa penundaan itu Ia mempercayakan tugas serta tanggung jawab yang menyertai tugas itu kepada kita – para murid-Nya – yang hidup di atas bumi ini. Kurun waktu di dalam mana kita hidup bukanlah untuk “bermimpi”, melainkan untuk “bekerja”, melakukan pekerjaan yang akan “berbuah”. “Akan tetapi, orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami”  (Luk 19:14). Orang-orang yang hidup pada zaman Yesus sebenarnya mengharap-harapkan kedatangan sebuah Kerajaan yang penuh kemuliaan, sebuah Kerajaan yang berjaya dan mampu mengalahkan bangsa-bangsa lain. Yesus ingin para murid-Nya memahami, bahwa peresmian atau inaugurasi dari Kerajaan-Nya akan didahului dengan sebuah pemberontakan – katakanlah “revolusi” – melawan “RAJA” ini. Beribu-ribu tahun telah lewat, namun masih saja terngiang-ngiang di telinga kita (umat Kristiani yang hidup di abad ke-21 ini) apa saja yang diteriakkan dengan penuh kebencian oleh sebagian besar bangsa pilihan Allah: “Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas bagi kami! …… Salibkan Dia! Salibkan Dia!” (Luk 23:18,21).

Sengsara Yesus …… Sengsara Allah karena ditolak oleh umat-Nya sendiri, adalah sebuah peristiwa sejarah yang sangat mengganggu nurani setiap insan yang normal. Yesus mempermaklumkan hal tersebut …… Ini adalah sebuah fenomena aktual – sebuah peristiwa dalam setiap zaman.

Di samping itu, Yesus sebenarnya membuat allusi pada suatu peristiwa historis yang baru saja terjadi sebelumnya: Arkhelaus (anak raja Herodes; lihat Mat 2:22) di mana kota Yerikho berada dalam kekuasaannya – pergi ke Roma untuk meminta gelar “Raja” dari Kaisar Agustus – namun sebuah delegasi yang terdiri dari 50 pemimpin Yahudi mengusahakan agar permohonan tersebut ditolak.

“Setelah dinobatkan menjadi raja, ketika ia kembali ia menyuruh memanggil hamba-hambanya yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing” (Luk 19:15). Mulai dari titik ini dalam “perumpamaan tentang uang mina” ini, kita dapat merasakan adanya keserupaan narasi antara perumpamaan ini dengan “perumpamaan tentang talenta” yang hanya terdapat dalam Injil Matius (Mat 25:14-30), dan dalam suatu konteks eskatologis yang serupa. Jangka waktu yang mendahului “Kerajaan Allah yang terlihat” adalah suatu masa di mana Allah sudah memerintah/meraja, namun belum kelihatan secara kasat mata. Ini adalah masa pengejaran dan penganiayaan. Ini adalah masa di mana iman umat diuji, …… masa untuk bertekun.

Ini adalah masa untuk bekerja bagi Allah: “apa saja yang telah dipercayakan oleh Allah kepada seorang pribadi manusia haruslah berbuah” …… Ini adalah masa bagi kita untuk setia “dalam hal-hal kecil” (Luk 16:10) sampai saat di mana Allah mempercayakan kepada kita masing-masing dengan tugas dan tanggung jawab yang lebih penting: hamba yang berhasil mengelola uang mina diberikan kekuasaan untuk memerintah kota-kota. Ini adalah masa Gereja …… Ini adalah HARI INI. 

DOA: Bapa surgawi, banyak orang di segala zaman mengalami pengejaran dan penganiayaan karena iman mereka kepada-Mu dalam Yesus Kristus. Bila hal sedemikian terjadi atas diri kami, berikanlah kepada kami keberanian untuk tetap berpegang pada kebenaran-Mu – bahkan sampai mati sekali pun. Amin.

Jakarta, 19 November 2019 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

TIGA MACAM TANGGAPAN TERHADAP YESUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan SP Maria Dipersembahkan kepada Allah – Rabu, 21 November 2018)

Sementara mereka mendengarkan hal-hal itu, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan. Lalu Ia berkata, “Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali. Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali. Akan tetapi, orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami. Setelah dinobatkan menjadi raja, ketika ia kembali ia menyuruh memanggil hamba-hambanya yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing. Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam hal yang sangat kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota. Lalu hamba yang lain datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan. Sebab aku takut kepada Tuan, karena Tuan orang yang kejam; Tuan mengambil apa yang tidak pernah Tuan taruh dan Tuan menuai apa yang tidak Tuan tabur. Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri. Engkau  sudah tahu bahwa  aku orang yang keras yang mengambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku tabur. Jika demikian, mengapa uangku itu tidak kau kaumasukkan ke bank (orang yang menjalankan uang)? Jadi, pada waktu aku kembali, aku dapat mengambilnya dengan bunganya. Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu itu dari dia dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu. Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah mempunyai supuluh mina. Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, juga apa yang ada padanya akan diambil. Akan tetapi, semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.”

Setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. (Luk 19:11-28) 

Bacaan Pertama: Why 4:1-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 150:1-6

Yesus sudah dekat dengan kota Yerusalem untuk menyelesaikan misinya di atas muka bumi. Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem (Luk 9:51-19:27), Yesus memberikan banyak pengajaran tentang apa artinya menjadi murid-murid-Nya. Sekarang, ketika Dia sudah hampir sampai ke tempat di mana Dia akan mengalami sengsara, kematian dan kebangkitan-Nya, sekali lagi Yesus mengajar – lewat sebuah perumpamaan – tentang apa apa artinya mengikuti jejak-Nya. Dengan iman saya berkeyakinan, bahwa peristiwa Yesus di Yerusalem bersifat sangat menentukan dalam sejarah manusia, dan tanggapan (pilihan) kita menentukan hidup atau mati bagi kita. Kita tidak bisa netral dalam hal ini, karena terhadap apa yang telah dilakukan Yesus dalam kematian dan kebangkitan-Nya, suatu tanggapan (yang bersifat afirmatif) dituntut dari kita masing-masing sebagai pribadi.

Perumpamaan Yesus kali ini menggambarkan tiga macam tanggapan. Tanggapan pertama adalah menerima martabat Yesus sebagai Raja, bekerja dengan rajin dan menghasilkan buah rohani sehubungan berbagai kemampuan/karunia yang diberikan Allah (lihat Luk 19:16-19). Tanggapan kedua adalah menerima Yesus, namun karena takut atau alasan-alasan lainnya, tidak berhasil untuk merangkul-Nya dengan penuh dan menghasilkan buah-buah seperti dihasrati-Nya (Luk 19:20-24). Tanggapan ketiga adalah menunjukkan sikap bermusuhan terhadap Dia dan menolak klaim-Nya untuk memiliki kuasa atas dirinya (Luk 19:14).

Untuk dapat menghasilkan buah-buah sesuai dengan karunia yang dianugerahkan Allah kepadanya, seseorang harus merangkul sepenuhnya Yesus dan kematian serta kebangkitan-Nya dan memperkenankan-Nya bekerja dalam kehidupannya. Demikian pula dengan kita semua! Hanya dengan begitu kita dapat menomor-duakan agenda kita sendiri dan menerima rencana-sempurna Allah bagi hidup kita, dengan segala berkat-Nya yang melimpah. Apabila roh kita, intelek kita, emosi kita dan kehendak kita ditundukkan di bawah kuasa Roh Kudus, maka kita dapat menghasilkan  ‘pendapatan bunga rohani’ bagi Allah (Luk 19:23). Dari sini timbullah berbagai prioritas pribadi, berbagai sasaran- tujuan pribadi dan berbagai tindakan pribadi yang sungguh-sungguh untuk melayani Allah. Berbagai kemampuan kita, inteligensia kita, atau situasi kehidupan pada akhirnya tidak membuat perbedaan; Yesus ingin kita menanggapi Dia sesuai dengan apa yang telah diberikan-Nya kepada kita. Tindakan-tindakan yang kita lakukan harus mencerminkan keadaan hati kita.

Yesus telah “meresmikan” Kerajaan Allah dan kerajaan itu memang ada di tengah-tengah kita. Melalui Roh Kudus, kita ikut dalam buah-buah pertama kerajaan itu, bahkan hari ini. Sementara kita tidak akan tahu mengenai kepenuhan janji sampai kedatangan Yesus untuk kedua kali, kita menaruh kepercayaan atas kebenaran janji itu.

DOA: Tuhan Yesus, tolonglah aku menyingkirkan kebutuhanku untuk mengendalikan kehidupanku. Ajarlah aku untuk merangkul sepenuhnya rencana-Mu bagiku, sehingga di bawah kuasa-Mu sebagai Raja, aku dapat ikut serta dalam panen raya mendatang. Amin.

Jakarta, 20 November 2018 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS