Daily Archives: September 10, 2018

PERANAN SANGAT PENTING DARI DOA DALAM HIDUP KITA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXIII – Selasa, 12 September 2017) 

Pada hari-hari itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudaranya, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yan disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.

Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: Di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan. Semua orang banyak itu berusaha menyentuh Dia, karena ada kuasa yang keluar dari Dia dan menyembuhkan semua orang itu. (Luk 6:12-19)

Bacaan Pertama: 1Kor 6:1-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 149:1-6,9

“Pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah” (Luk 6:12). Yesus berdoa kepada Bapa-Nya di surga, sebelum melakukan segalanya di atas muka bumi ini. Doa ini bukanlah sekadar suatu waktu yang tersedia untuk momen-momen keintiman istimewa dengan Bapa-Nya; melainkan selalu berurusan dengan pemenuhan misi yang dipercayakan kepada-Nya. Pada kesempatan lain Ia bersabda: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh 4:34).

Dari murid-murid-Nya yang sudah cukup banyak jumlahnya, Yesus memilih 12 (dua belas) orang sebagai fondasi dari Gereja-Nya. Yang 12 orang ini dipilih-Nya secara khusus untuk dapat hidup lebih intim dengan diri-Nya. Yesus akan mengajar mereka tentang Bapa surgawi dan rencana-Nya yang penuh kasih, tentang bagaimana hidup seperti Dia sendiri yang hidup dalam ketaatan penuh kepada Bapa-Nya, dan tentang segala pekerjaan yang dilakukan-Nya (Luk 6:29-30). Setelah kematian dan kebangkitan-Nya, orang-orang ini akan bertanggungjawab melanjutkan misi penyelamatan-Nya bagi dunia (Mat 28:19).

Doa Yesus sepanjang malam tentunya sangat intens selagi Dia berusaha memilih kedua belas rasul itu. Ia melihat apa yang ada dalam hati mereka masing-masing (bdk. Kis 1:24). Yesus tentu sadar akan sifat-sifat yang masih “kurang pas” dalam diri Simon Petrus, “kefanatikan” Zeloti yang melekat pada diri Simon, “ambisi” dari dua bersaudara Yakobus dan Yohanes dst. Walaupun demikian, melalui doa-doa-Nya, Yesus dapat mengenali bahwa dalam pilihan-Nya atas diri mereka terwujudlah kepenuhan dari rencana Bapa-Nya.

Dalam salah satu homilinya, Santo Yohanes Krisostomos [344-407] – Pujangga Gereja dan salah seorang Bapak Gereja Timur – berbicara mengenai doa “sebagai suatu kebaikan yang tertinggi … suatu kemitraan dan persatuan dengan Allah … suatu kerinduan akan Allah … suatu karunia/anugerah yang tidak diberikan oleh manusia, tetapi dari rahmat Allah.” Ia berkata, “Semangat kita haruslah cepat ditujukan kepada Allah … ketika melakukan tugas-tugas, memperhatikan orang-orang yang membutuhkan pertolongan, melakukan karya-karya kasih, memberikan pelayanan kepada sesama dengan kemurahan-hati. … Sepanjang hidup kita, kita dapat menikmati manfaat yang berasal dari doa apabila kita mengabdikan cukup banyak waktu untuk hal itu” (Homili: Doa dalam Terang Roh).

Kita tidak pernah dapat menyangkal, bahwa hal yang paling penting dalam kehidupan kita adalah hubungan atau relasi kita masing-masing dengan Allah, dan sarana yang paling penting untuk memelihara relasi ini adalah doa-doa kita sehari-hari. Tanpa doa yang teratur susahlah untuk mengharapkan kehidupan kita sebagai individu-individu akan teratur, atau kita dapat mencapai tujuan panggilan hidup kita masing-masing.

Setiap orang kudus adalah pendoa, karena doa tidak pernah dapat terlepas dari penghayatan imannya (katakanlah spiritualitasnya) sehari-hari. Penulis riwayat hidup Santo Fransiskus dari Assisi yang pertama, Beato Thomas dari Celano, misalnya, mengatakan bahwa Fransiskus bukan sekedar berdoa, tetapi sudah menjadi doa itu sendiri” (2Celano 95). Artinya doa bukan lagi merupakan sesuatu yang ia lakukan, melainkan sesuatu yang menjadi hidupnya sendiri. Doa begitu penting bagi Fransiskus karena bagi dirinya doa merupakan pengalaman dan pengungkapan iman yang sangat mendasar. Fransiskus berdoa dalam keheningan hutan, di atas gunung di dalam gua, dst. Apa yang ia praktekkan, ia menganjurkannya kepada para saudaranya pula.

Jikalau Yesus, Tuhan dan Mesias (Kristus = Mesias; Luk 2:11) berdoa, dan apabila para kudus berdoa, maka kita tidak perlu berdebat panjang-lebar untuk mengakui betapa pentingnya DOA dalam kehidupan kita. Marilah kita sungguh-sungguh belajar dari sang GURU!

DOA: Tuhan Yesus, ajarlah kami berdoa. Ampunilah kami apabila kami tidak setia dalam berdoa. Terpujilah nama-Mu yang kudus, sekarang dan selama-lamanya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 6:12-19), bacalah tulisan yang berjudul “MUKJIZAT DAN PENYEMBUHAN OLEH YESUS” (bacaan tanggal 12-9-17) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 17-09 BACAAN HARIAN SEPTEMBER 2017. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 6-9-16 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 11 September 2017

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS