Daily Archives: September 23, 2018

PERUMPAMAAN YESUS TENTANG PELITA YANG MENYALA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXV – Senin, 24 September 2018)

 “Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki pelita, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang mempunyai, bahkan apa yang dianggapnya ada padanya, akan diambil juga.” (Luk 8:16-18) 

Bacaan Pertama: Ams 3:27-34; Mazmur Tanggapan: Mzm 15:2-5 

Kita semua mengetahui bahwa bagaimana caranya kita “mendengar” (lihat Luk 8:18) merupakan suatu faktor signifikan dalam hal “berjalan bersama” kita dengan Allah dan kemampuan kita menghasilkan buah untuk kerajaan-Nya. Akan tetapi kita juga mengetahui bahwa kita hidup dalam sebuah dunia yang hingar-bingar, yang dipenuhi dengan kata-kata, pandangan-pandangan, pendapat-pendapat. Radio, Televisi, jaringan internet terus terbuka sepanjang hari/malam. Jumlah majalah, tulisan berupa artikel, buku dan koran/harian begitu banyaknya, belum lagi billboards dan berbagai spanduk sepanjang jalan, bendera-bendera berbagai partai politik dll. Semua dapat menjadi pelanturan yang akan mengganggu konsentrasi dalam “proses mendengarkan” kita. Di tengah-tengah berbagai macam “distraksi” atau pelanturan ini, bagaimana caranya kita dapat mendengar suara Allah yang lemah lembut?

Apakah anda pernah mencoba melakukan percakapan dengan seseorang dalam sebuah ruangan yang berisik dan penuh sesak? Agar dapat mendengar dengan cukup baik, anda harus membuat perubahan-perbuatan dalam arti adjustments, dalam cara anda mendengarkan suara pihak lawan bicara anda. Misalnya, anda dapat mencondongkan telingamu kepadanya sehingga anda dapat memusatkan perhatian/fokus hanya pada suaranya. Atau anda dapat menarik dia ke tempat yang lebih sepi.  Demikian pula halnya kita dalam hal mendengarkan suara Allah yang lemah-lembut itu. Kadang-kadang atau malah seringkali kita harus mencondongkan telinga-hati kita kepada-Nya atau pergi ke sebuah tempat yang hening untuk berdoa.

Percayakah anda bahwa Allah dapat berbicara dengan anda? Apakah anda rindu untuk membaca Kitab Suci sedemikian rupa sehingga kelihatan bahwa nas-nas kelihatan seakan melompat keluar dari lembaran-lembaran Kitab Suci itu dan berbicara kepada anda secara langsung? Agar mampu mendengar suara Allah dengan cara-cara seperti ini, anda harus “meninggalkan” dunia dan segala pengaruhnya untuk beberapa saat lamanya. Bebaskanlah diri anda dari segala rasa susah, gelisah-khawatir dan pelanturan yang membuat kusut pikiranmu selama ini. Tanyakanlah kepada dirimu sendiri apakah anda fokus pada Allah dan mendengarkan Dia penuh perhatian tentang apa yang dikatakan-Nya?

Marilah kita membuka diri kita bagi Yesus pada saat-saat dan tempat-tempat tertentu yang khusus disediakan bagi-Nya saja. Apabila kita melakukannya dengan setia-teratur, maka banyak “kekayaan surgawi” yang tak terbayangkan akan terwujud. Doa dari hati kita yang terdalam seakan sebuah tungku-perapian untuk transformasi, tempat pertobatan. Di sinilah, pada saat yang penuh keheningan dengan Allah kita dapat berjumpa dengan Yesus, Guru kita, dan kita pun dapat menerima perwahyuan dari Roh Kudus. Marilah kita mengheningkan pikiran kita dan mencondongkan telinga kita kepada Yesus selagi Dia berbicara dengan kita.

DOA: Berbicaralah ya Tuhan, hamba-Mu mendengarkan. Ya Allahku, berikanlah kepadaku sebuah hati yang terbuka. Bukalah pikiranku sehingga aku dapat mendengar dan menanggapi apa yang Kausabdakan kepadaku pada hari ini. Amin. 

Cilandak, 23 September 2018 [HARI MINGGU BIASA XXV – TAHUN B] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS